BATAM (gokepri) – Harga kopi melonjak tajam, mencapai level tertinggi dalam 47 tahun terakhir. Dipicu oleh kekhawatiran terhadap pasokan kopi global, terutama dari Brasil dan Vietnam.
Dalam laporan pasar Bloomberg, harga Arabika tercatat naik hingga 3,9 persen, mencapai puncaknya sejak 1977 dengan lonjakan 70 persen sepanjang tahun ini. Penyebab utama kenaikan harga adalah kekeringan parah di Brasil pada awal tahun, yang mengkhawatirkan prospek produksi kopi negara tersebut.
Vietnam, penghasil kopi Robusta terbesar, juga mengalami masalah serupa. Musim hujan yang datang terlalu awal merusak potensi panen setelah periode kekeringan di wilayah penghasil kopi utama.
Brasil dan Vietnam adalah dua negara penghasil kopi terbesar di dunia. Brasil mengekspor sebagian besar Arabika, sementara Vietnam memimpin pasar kopi Robusta yang lebih murah. Laporan Bloomberg menyebutkan, lonjakan harga ini mulai dirasakan konsumen karena para penjual di sepanjang rantai pasokan menaikkan harga dan mengurangi diskon untuk melindungi margin keuntungan mereka.
Baca: INFOGRAFIS: Kopi Indonesia Makin Mendunia
Nestlé SA, perusahaan kopi terbesar dunia, mengumumkan pada November bahwa mereka akan menaikkan harga dan mengecilkan kemasan produk. Langkah ini diambil untuk mengurangi dampak dari harga biji kopi yang lebih mahal, sejalan dengan rencana Capital Markets Day mereka yang bertujuan mempercepat pertumbuhan.
Carlos Mera, analis Rabobank, menambahkan selain kekhawatiran tentang hasil panen Brasil pada musim 2025-2026, ada faktor lain yang memengaruhi pasar kopi global. Salah satunya adalah ketidakpastian mengenai mulai berlaku peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR) dan lonjakan penjualan ke Amerika Serikat menjelang kemungkinan tarif perdagangan di bawah pemerintahan Trump.
Harga Arabika tercatat naik 2,6 persen, mencapai USD3,17 per pon di New York, menuju kenaikan harian keenam berturut-turut. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa kenaikan harga telah membuat indeks kekuatan relatif 14 hari melampaui level 70, yang menunjukkan pasar sudah memasuki kondisi jenuh beli.
Thiago Cazarini, broker kopi, mengatakan petani kopi di Brasil tidak banyak menjual hasil panen mereka saat ini. Sebagian besar telah menjual sebagian besar hasil panen, meninggalkan pasokan yang terbatas hingga panen berikutnya yang dimulai pada Mei mendatang.
Selain Brasil, negara penghasil kopi lainnya juga menghadapi masalah pasokan. Kolombia, penghasil Arabika terbesar kedua, masih pulih dari dampak cuaca kering El Niño awal tahun ini. Hujan lebat baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran akan kerusakan pada tanaman kopi di negara-negara seperti Kosta Rika dan Honduras.
Baca: Harga Kopi Naik Tiga Kali Lipat di Temanggung
Reli harga kopi tahun ini juga disertai dengan posisi besar yang diambil oleh manajer investasi yang bertaruh pada kenaikan harga. Meskipun posisi bersih spekulan pada Arabika lebih rendah dibandingkan puncak sebelumnya, taruhan bullish masih berada pada level yang tinggi, menurut data dari Commodity Futures Trading Commission.
Sementara itu, harga kopi Robusta juga mengalami lonjakan signifikan, naik sekitar 88 persen tahun ini. BLOOMBERG