JAKARTA (gokepri.com) – Harga emas diprediksi bergerak di kisaran Rp2,2 juta hingga Rp2,5 juta pada November 2025 ini.
Menurut Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi fluktuasi harga emas pada bulan ini seiring berbagai sentimen yang menggerakkannya naik dan turun.
Menurut catatannya, emas dunia ditutup di level 4.003 dolar AS per troy ons pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Secara teknikal, support pertama untuk transaksi pada Senin (3/11/2025) akan berada di posisi 3.935 dolar AS per troy ons, dan resisten pertama di 4.080 dolar AS per troy ons.
Dalam sepekan ini, Ibrahim memprediksi level support harga emas dunia di 3.863 dolar AS per troy ons, sedangkan level resisten di posisi 4.145 dolar AS per troy ons. Ada kemungkinan besar pada November 2025 ini mencapai 4.292 dolar AS per troy ons.
Adapun pergerakan harga logam mulia per Sabtu (1/11/2025) berada di level Rp 2,29 juta per gram. Menurut Ibrahim, ada kemungkinan besar jika mengalami penurunan, support pertama harga logam mulia berada di posisi Rp2,24 juta per gram pada awal pekan ini, dengan prediksi bergerak di level Rp 2,2 juta per gram sepanjang pekan ini.
“Tetapi kalau seandainya naik, resisten pertama Rp 2,31 juta per gram, kemudian resisten kedua di Rp2,4 juta per gram. Ada kemungkinan besar sampai akhir November di Rp2,5 juta per gram,” ungkap Ibrahim dalam keterangannya, dikutip Senin (3/11/2025).
Ia menjelaskan penyebab harga emas dunia maupun logam mulia mengalami fluktuasi. Faktor kenaikannya antara lain pemangkasan suku bunga The Federal Reserve sebesar 25 basis poin (bps) pada Oktober 2025. Ada pula informasi terbaru bahwa The Federal Reserve diprediksi bakal kembali menurunkan suku bunganya pada Desember. Selain itu, kemungkinan shutdown di AS akan kembali dibuka sehingga data ekonomi AS semakin jelas.
Lebih lanjut, Ibrahim menerangkan, faktor lain yang mendorong kenaikan harga emas adalah data ekonomi di Asia, terutama di China, yang menunjukkan aktivitas manufaktur mengalami penurunan signifikan. Hal itu membuat Pemerintah China dan Bank Sentral China akan melancarkan stimulus dan penurunan suku bunga, sehingga turut mendorong harga safe haven seperti emas naik.
“Kemudian dari segi politik juga cukup luar biasa, terutama permasalahan di Timur Tengah. Sampai saat ini masih terjadi pergolakan penyerangan terhadap Hamas di Jalur Gaza oleh Israel. Dan yang terbaru, Iran pun juga masih melakukan pengayaan uranium yang kemungkinan besar akan memanaskan situasi di Timur Tengah,” jelasnya.
Di Eropa, perang antara Ukraina dan Rusia masih terus bergulir. Pada Ahad (2/10/2025) pagi, Ukraina melakukan penyerangan terhadap dua kapal asing dan infrastruktur terminal minyak melalui drone di pangkalan Pelabuhan Utama Rusia, yaitu di Laut Hitam. Bahkan kilang Tuapse yang khusus mengekspor ke China, Malaysia, Singapura, dan Turki juga turut terkena serangan sehingga menghentikan produksinya.
Selanjutnya, ketegangan di Amerika Latin kian memanas. Pada Jumat lalu, Presiden Trump menginformasikan kepada media bahwa serangan udara AS terhadap Venezuela dapat dimulai dalam beberapa jam. Walaupun kemudian dimundurkan oleh Trump, hal itu mengindikasikan bahwa perang di Amerika Latin kemungkinan akan kembali bergolak. Sebab, Venezuela merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar di kawasan tersebut.
“Tensi geopolitik, baik di Timur Tengah, Eropa, maupun Amerika Latin yang kembali memanas, membuat harga emas dunia dalam transaksi pada Senin, dan dalam sepekan ke depan kemungkinan akan terus mengalami kenaikan. Harga logam mulia pun juga akan kembali mengalami kenaikan,” jelasnya.
Sementara itu, faktor-faktor yang memengaruhi harga emas dunia dan logam mulia kemungkinan mengalami penurunan, terutama karena pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Pada pertemuan Kamis lalu, keduanya menyepakati penurunan tarif sebesar 10 persen, dari 50 persen menjadi 40 persen.
Namun, penurunan tarif tersebut pada Desember tidak serta-merta mengakhiri perang dagang. Menurut Ibrahim, banyak analis menganggap bahwa perang dagang kemungkinan besar akan kembali memanas.
Di sisi lain, ia melanjutkan, dalam bidang politik AS, kemungkinan Partai Republik dan Demokrat pada pekan ini akan kembali bertemu untuk membahas RUU batas atas pendanaan. Bisa jadi akan terjadi kesepakatan antara kedua partai, karena semakin lama pemerintahan federal diliburkan semakin besar pula utang pemerintah. Sehingga perlu ada solusi yang jelas terkait RUU pendanaan untuk satu tahun ke depan.
“Itu mungkin yang akan membuat secara fundamental maupun teknikal harga emas dunia dan logam mulia dalam perdagangan pekan depan (periode Senin, 3 November 2025) kembali mengalami penguatan,” katanya. *
(sumber: republika.co.id)





