Jemaja Punya Kekayaan Alam Melimpah, Masyarakat Antusias Sambut Rencana Pemekaran

Akademisi tIm kajian dari UMRAH berdialog dengan masyarakat Jemaja. Dialog untuk menggali potensi Jemaja yang tengah dikaji menjadi daerah otonom baru atau DOB. Foto: gokepri/Wisnu Een

ANAMBAS (gokepri) – Tim kajian akademisi dari Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) menggali potensi Pulau Jemaja. Kunjungan lapangan akhir pekan lalu mengumpulkan data komprehensif, sebagai langkah awal kajian pemekaran Jemaja jadi daerah otonom baru (DOB).

“Kami ingin melihat langsung potensi yang dimiliki Pulau Jemaja, terutama dari sisi ekonomi dan sosial budaya,” ujar Bismar Arianto, salah satu anggota tim kajian, saat ditemui di lokasi penelitian, Minggu 7 Juli.

Baca: UMRAH Kaji Pemekaran Kepulauan Jemaja Jadi DOB

Dimulai dari bagian Barat Pulau Jemaja, tim kajian akademisi yang turun ke lapangan yakni Bismar Arianto bersama Oksep Adhyanto. Mereka bertatap muka secara langsung kepada masyarakat yang telah berkumpul di titik awal pertemuan yaitu Balai Desa Impol, Kecamatan Jemaja Barat, Sabtu (6/7/2024).

Masyarakat Kecamatan Jemaja Barat yang merupakan kecamatan termuda dan terluar Pulau Jemaja tersebut antusias menyambut kedatangan tim kajian akademisi.

Ketika berlangsungnya kegitan yang dipimpin oleh tokoh masyarakat, Ramzi, selaku moderator, interaksi antara tim kajian akademis bersama masyarakat dari Desa Impol, Sunggak dan Keramut berjalan dengan tertib hingga terjalin komunikasi yang baik.

Di setiap lokasi, masyarakat dari berbagai latar belakang turut hadir memberikan masukan dan harapan mereka agar daerahnya bisa dimekarkan menjadi daerah otonom baru atau DOB.

Salah satu poin penting yang diungkapkan masyarakat adalah potensi Jemaja untuk menjadi daerah otonom baru (DOB). Mereka menyoroti sejumlah potensi unggulan, seperti sumber daya laut yang kaya, lahan pertanian yang subur, serta potensi wisata yang menjanjikan.

“Kami punya laut, ikan, ladang kopra, dan cengkeh. Yang terpenting, kami ingin menjaga kedaulatan NKRI karena Jemaja berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga,” tegas Yurnalis, seorang tokoh masyarakat Desa Impol.

Selain itu, masyarakat juga menyebutkan adanya potensi minyak dan gas bumi di wilayah laut Jemaja Barat. Informasi ini semakin menguatkan keyakinan mereka akan potensi besar pulau ini.

Setelah itu, pertemuan yang sama juga dilakukan masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Jemaja. Di daerah itu sendiri terdapat lima desa dan satu kelurahan. Antusias masyarakat yang datang untuk menyampaikan informasi langsung maupun aspirasi mereka digaungkan di lapangan voli tengah Kota Letung.

Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Jemaja turut memberikan perspektif sejarah. Ia menceritakan tentang peristiwa pengungsian warga negara asing ke Jemaja di masa lalu, yang menunjukkan letak geografis pulau ini yang strategis dan dekat dengan negara tetangga.

“Pernah ada pengungsi yang datang dari Vietnam dengan jumlah yang berkali-kali lipat dari jumlah jiwa masyarakat Pulau Jemaja. Saking banyaknya, Jemaja ini sepertinya kampung mereka,” ungkap Ketua LAM Jemaja.

Tim kajian akademisi yang juga didampingi ketua serta pengurus Badan Perjuangan Pembentukan Kabupaten Kepulauan Jemaja (BP2KKJ) meninjau secara langsung lokasi pertanian (sawah), peternakan, destinasi wisata dan juga waduk atau DAM bendungan yang menjadi pasokan air bersih.

Baca: Menikmati Keindahan Air Terjun Neraja, Surga Tersembunyi di Jemaja

Menyisir ke ujung Timur Kepulauan Jemaja, Tim Kajian Akademisi juga bertemu masyarakat Kecamatan Jemaja Timur guna terus menggali potensi potensi kemasyarakatan dan yang lainya di Salasa Beach Resto milik salah satu warga Desa Kuala Maras, Kecamatan Jemaja Timur, Minggu (07/07/2024).

Bismar Arianto mengatakan, selama berjalannya pertemuan untuk menggali informasi, respons masyarakat dari tiga kecamatan Pulau Jemaja sangat baik dan terwakili. Dimulai dari pemerintah desa, BPD keterwakilan perempuan, petani, nelayan, LAM, tokoh masyarakat, tokoh agama serta elemen lainnya memiliki semangat yang sama.

“Setelah dianalisa dan dibandingkan data yang ada dan setelah kami melakukan kajian, baru bisa disimpulkan apakah daerah ini layak atau butuh ditindaklanjuti jika setelah ada hasil kajian. Saat ini kami masih dalam tahap proses penelitian,” ungkap Bismar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Penulis: Wisnu Een

Pos terkait