BINTAN (gokepri) – Pilkada Bintan 2024 kemungkinan besar akan memiliki calon tunggal melawan kotak kosong. Koalisi gemuk yang digalang Golkar merangkul lima partai, menyisakan PDIP dan PAN.
Rencana Partai Demokrat untuk menghadirkan pesaing bagi calon tunggal di Pilkada Bintan 2024 gagal. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Demokrat secara resmi memberikan dukungan kepada pasangan Roby Kurniawan-Deby Maryanti.
Langkah politik yang akhirnya menutup kemungkinan munculnya calon lain. Surat rekomendasi untuk Roby-Deby diserahkan oleh Ketua Umum DPP Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), pada Jumat malam, 9 Agustus 2024, di Jakarta. Dalam acara tersebut, Roby Kurniawan mengenakan batik biru sementara Deby Maryanti mengenakan busana kebesaran Demokrat.
AHY menjelaskan pemilihan kandidat telah melalui proses seleksi dan tahapan internal yang ketat. “Selain dari kader kami sendiri, kami juga berkoalisi dengan partai-partai sahabat karena kami yakin sosok-sosok ini bisa memenangkan Pilkada 2024,” kata AHY dalam pidatonya.
Dukungan resmi dari Demokrat semakin memperkuat posisi pasangan Roby Kurniawan dan Deby Maryanti dalam Pilkada Bintan. Roby Kurniawan, yang saat ini menjabat sebagai Bupati Bintan, akan menghadapi pemilihan sebagai petahana. Sementara Deby Maryanti adalah anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau dari Fraksi Demokrat serta istri mantan Bupati Bintan, Apri Sujadi.
Selain Demokrat yang memiliki 6 kursi di DPRD Bintan, pasangan ini juga memperoleh dukungan dari PKS (3 kursi), Golkar (7 kursi), Gerindra (3 kursi), dan NasDem (3 kursi).
Baca: Respons PDIP Setelah 11 Partai Mendukung Amsakar-Li Claudia
Dukungan dari kelima partai ini memastikan mereka menguasai 22 dari 25 kursi DPRD Bintan, atau 88 persen, sehingga hanya menghadapi kotak kosong dalam pemilihan.
Saat ini, hanya PDIP dengan 2 kursi dan PAN dengan 1 kursi yang belum menentukan sikapnya. Namun, perolehan kursi dari kedua partai ini tidak cukup untuk mengusung calon lain.
Potensi Kotak Kosong di Pilkada 2024
Tak hanya di Bintan, Pilkada 2024 diwarnai fenomena munculnya calon tunggal. Calon itu bakal melawan kotak kosong pada hari pemilihan, 27 November.
Para calon kepala daerah memborong tiket dukungan dari partai-partai pengusung untuk maju dalam pilkada. Sedangkan partai tak berdaya lantaran tak punya kader yang bisa maju menjadi pemimpin di daerah.
Pakar kepemiluan dari Universitas Indonesia, Titi Anggraini, mengatakan kehadiran calon tunggal meningkat sejak pilkada 2015. Peningkatan itu terjadi karena partai sejak awal ingin menjamin kemenangannya.
Baca: Fenomena Calon Tunggal Melawan Kotak Kosong, Jumlah Terus Meningkat dan 98 Persen Menang
Pada 2015, ada 3 dari 269 daerah dengan calon tunggal. Potensi kemenangan mereka hampir 100 persen. Lalu ada 9 dari 101 daerah dengan calon tunggal pada pilkada serentak 2017.
Dalam pilkada 2018, ada 16 dari 170 daerah dengan calon tunggal. Dari jumlah itu, hanya satu daerah di Kota Makassar yang calon tunggalnya kalah oleh kotak kosong. Sedangkan pada pilkada 2020, ada 25 calon tunggal dari total 270 daerah. Mereka meraih kemenangan mencapai 100 persen.
“Dari 2015 sampai 2020, hanya ada 1 calon tunggal yang kalah. Sebanyak 52 calon tunggal lain menang. Jadi luar biasa kemenangannya,” kata Titi dalam webinar, Minggu, 4 Agustus.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno mengatakan mulai tampak calon kepala daerah memborong dukungan banyak partai untuk memenangi pilkada 2024. Dengan tindakan itu, fenomena kotak kosong akan bermunculan di Indonesia.
“Contohnya ada di pilkada Sumenep dan Batam,” ujarnya, dilansir dari Koran Tempo, pekan lalu.
Baca: Potensi Kemunculan Kotak Kosong Makin Santer di Pilkada Lingga
Menurut dia, dekatnya waktu pelaksanaan pemilihan presiden dengan pilkada serentak menjadi alasan kemunculan calon tunggal. Partai tidak ingin ambil pusing dan memilih calon yang sudah memiliki eletabilitas tinggi.
Selain Bintan, di Kepri kemungkinan ada dua lagi calon tunggal. Di Batam, potensi calon tunggal Amsakar Achmad-Li Claudia Chandra. Pasangan ini mengantongi rekomendasi 11 partai yang memiliki 43 dari total 50 kursi di DPRD Batam. Sebelas partai itu adalah Nasdem (10 kursi), Gerindra (7), Golkar (6), PKS (6), PKB (4), PPP (1), PAN (3), PSI (1), Hanura (2), Demokrat (2) dan PKN (1). Menyisakan PDIP yang punya 7 kursi.
Lalu di Lingga. Potensi calon tunggal adalah Muhammad Nizar-Novrizal. Pasngan ini mengantongi rekomendasi dari enam partai dengan perolehan 22 dari total 25 kursi di DPRD Lingga. Yaitu, Nasdem (11 kursi), Demokrat (3), Golkar (4), Gerindra (1), PKB (1) dan PDIP (2).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News