Pembelajaran Berdiferensiasi: Cara Mengajar Murid Kekinian

Pembelajaran Berdiferensiasi
Ilustrasi

Dalam lingkup pendidikan, beberapa orang tua dan guru cenderung mengukur keberhasilan anak mereka berdasarkan pencapaian akademisnya. Anak dituntut harus bisa atau ahli dalam segala bidang. Hal ini menciptakan tekanan tambahan bagi sang anak untuk memenuhi ekspektasi orang tua dan guru mereka.

Ditulis oleh: Engesti Fedro, Dita Nurmayanti, Jehan Agustin, Heri. Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH)

Ekspektasi orang tua dan guru untuk melihat anak-anak mereka sukses dalam perspektif akademik ternyata tidak selamanya baik bagi sang anak. Hal ini hanya menyebabkan sang anak tertekan dan tidak leluasa dalam mengikuti pembelajaran.

Orang tua dan guru seharusnya memahami bahwa setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda baik dari cara belajarnya, kemampuan belajarnya, maupun minat belajar. Dengan begitu, orang tua dan guru akan jauh lebih mudah untuk mendorong pencapaian prestasi belajar anak secara lebih maksimal.

Bukan zamannya lagi menilai kecerdasan anak melalui nilai matematika atau sains. Sebab, sekarang anak bisa meraih masa depan gemilang dari segala bidang yang mereka sukai.

Maka dari itu, diperlukan pemahaman secara menyeluruh mengenai pembelajaran berdiferensiasi guna memaksimalkan potensi belajar anak.

Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah teknik instruksional atau pembelajaran dengan berbagai metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan individual setiap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. Kebutuhan tersebut dapat berupa pengetahuan yang ada, gaya belajar, minat, dan pemahaman terhadap mata pelajaran.

Menurut teori belajar Vygotsky (1962) pembelajaran berdiferensiasi adalah tentang Zona Proximal Pembelajaran (ZPD). Artinya, setiap individu memiliki rentang antara kemampuan yang dimiliki saat ini dengan potensi yang bisa dicapai dengan bantuan dari orang lain.

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat mengidentifikasi ZPD setiap siswa dan memberikan bimbingan yang sesuai untuk memfasilitasi perkembangan mereka.

Sementara, teori Multiple Intelligences dari Howard Gardner menjelaskan, pembelajaran berdiferensiasi itu mengakui bahwa setiap individu memiliki kecerdasan yang beragam, seperti kecerdasan verbal-linguistik, logika-matematis, visual-spatial, musikal, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal.

Dengan memahami kecerdasan dominan setiap siswa, guru dapat merancang pengalaman belajar yang memanfaatkan kekuatan mereka.

Dari kedua teori tersebut jelas, maka dapat disimpulkan pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang dibuat sedemikian rupa sehingga siswa merasa tertantang untuk belajar.

Itulah mengapa, berdiferensiasi ini memiliki tujuan untuk menciptakan kesetaraan belajar bagi semua siswa dan menjembatani kesenjangan belajar antara yang berprestasi dengan yang tidak berprestasi.

Para guru saat ini harus sudah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Mencari tahu apa kebutuhan murid agar pembelajaran lebih bermakna.

Contoh Keberagaman Anak di SMAN 4 Tanjungpinang

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk mengakomodasi keragaman individual siswa dalam suatu kelas. Keragaman peserta didik di SMA Negeri 4 Tanjungpinang menjadi kenyataan yang tak terhindarkan.

Keragaman dari berbagai latar belakang budaya, kemampuan akademik, minat, gaya belajar, hingga kebutuhan khusus, setiap siswa membawa karakteristik yang unik.

Contohnya, dalam satu kelas di SMA Negeri 4 Tanjungpinang, guru bisa menemukan siswa dengan latar belakang etnis yang beragam seperti Melayu, Tionghoa, dan Bugis. Selain itu, terdapat pula perbedaan dalam kemampuan akademik, beberapa siswa memiliki kemampuan matematika yang lebih tinggi daripada yang lain. Ada juga siswa yang memiliki minat dan bakat yang berbeda, seperti olahraga, seni, atau sains.

Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dan memanfaatkan teori-teori pendukung tersebut, SMA Negeri 4 Tanjungpinang dapat menciptakan lingkungan belajar inklusif yang memungkinkan setiap siswa untuk berkembang secara optimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan mereka.

Ini adalah langkah progresif dalam memastikan bahwa pendidikan di era kontemporer tidak hanya merata, tetapi juga relevan dan efektif bagi semua siswa.

Manfaat Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki manfaat. Pertama, pertumbuhan yang sama bagi semua siswa. Pada prinsipnya, pembelajaran berdiferensiasi diadopsi untuk mendukung setiap siswa dalam perjalanan belajar mereka.

Metode ini adalah cara untuk menjangkau dan mempengaruhi setiap siswa di semua tingkatan. Oleh karena itu, secara individu, seorang guru harus dapat meningkatkan minat siswa dalam proses belajar dan mengarahkan mereka untuk mewujudkan potensi belajar mereka secara optimal.

Kedua, pembelajaran yang menyenangkan. Ketika guru mengadopsi serangkaian strategi pembelajaran yang selaras dengan tipe belajar siswa, maka siswa akan merasakan betapa belajar itu terasa mudah dan menyenangkan.

Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi

Di balik manfaat tentu ada tantangan yang menjadi pekerjaan rumah pada saat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

Mengutip laman Kemendikbud, berikut tantangan pembelajaran berdiferensiasi. Pertama, faktor waktu pembelajaran berdiferensiasi adalah cara yang menyenangkan untuk mengajar, namun hampir dipastikan para guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk fokus pada setiap siswa secara individual.

Hal ini dikarenakan setiap sekolah sudah mengalokasikan waktu untuk setiap guru dan mata pelajarannya masing-masing. Dan untuk itu, sangat mungkin bagi guru untuk tidak memiliki waktu yang cukup guna menilai tingkat pengetahuan siswa atau mengelompokkannya sesuai dengan pengetahuan dan preferensi belajar masing-masing siswa.

Kedua, implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini melibatkan banyak proses, mulai dari pra-penilaian hingga penilaian berkelanjutan, mulai dari perencanaan konten hingga proses pengajaran, dan lain-lain.

Hal ini tentu saja dapat membuat guru merasa kewalahan. Selain itu, guru juga harus melayani para siswa baik secara individual maupun kelompok. Kondisi seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh guru dengan jumlah siswa yang begitu banyak di kelasnya.

Setiap anak itu unik; tidak sama. Maka pembelajaran berdiferensiasi merupakan persyaratan bagi terlaksananya pembelajaran untuk semua. Sulit memang. Tetapi, untuk menciptakan generasi emas guru harus menjadikan pembelajaran berdiferensiasi sebagai salah satu strategi untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa di kelasnya.

***

Pos terkait