“Manusia yang paling utama mendapatkan kebaikanmu dan paling berhak mendapatkan perbuatan baikmu adalah anak-anakmu. Karena sesungguhnya mereka adalah amanah yang Allah letakkan di sisimu.” – Abdurrahman As-Sa’dy
Otak adalah organ vital dan kompleks yang dilindungi oleh tengkorak dan selaput otak (meninges). Organ ini terdiri dari sejumlah jaringan dan miliaran sel saraf pendukung serta terhubung dengan sumsum tulang belakang. Bersama dengan sumsum tulang belakang dan saraf, otak menjadi pusat perintah dan sistem saraf manusia.
Deepak Chopra, penulis buku-buku best seller tentang kesehatan, motivasi, dan spiritualitas, menyebut otak manusia sebagai struktur paling kompleks di alam semesta. Pada saat lahir, jumlah sel dalam otak pusat berpikir (cerebrum) bayi sekitar 100 miliar. Jumlah ini kira-kira sama dengan banyaknya planet yang ada di sistem Galaksi Bima Sakti (Milky Way).
Namun, sel-sel ini belum tersambung satu sama lain. Karena itulah butuh support dari orang tua maupun guru agar anak mengoptimalkan kemampuan sambungan sel-sel otaknya. Setiap sel otak dapat berhubungan dengan sel otak lainnya sebanyak 15.000 sampai 20.000 sambungan (synaps).
Penyambungan sel otak ini terjadi secara masif pada usia 0-2 tahun. Inilah kesempatan terbaik bagi orang tua untuk memperbanyak sambungan sel otak pada anak. Karena itu, banyak pakar menyebut usia 0-2 tahun ini sebagai window of opportunity. Semakin banyak sambungan antar-sel otak, kemampuan berpikir otak anak akan semakin canggih.
Riset neuroscience menunjukkan kemampuan otak anak usia 0-2 tahun dalam membuat sambungan antar-sel otaknya sungguh luar biasa, mencapai 1,83 juta sambungan per detik.
Pendidikan Anak Usia Dini
Pesatnya perkembangan ilmu otak atau neuroscience menjadi suluh dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini. Oleh karena itu, di negara-negara maju, neuroscientist banyak terjun dalam berbagai riset tentang pendidikan anak usia dini.
Menurut Prof. Dr. Lydia Freyani, selaku Dewan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, kegiatan di pendidikan anak usia dini dapat memberi rangsangan atau stimulasi pendidikan yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak usia pra-sekolah. Seluruh aktivitasnya dilakukan melalui pendekatan bermain sambil belajar.
Selain memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal sekolah, kegiatan-kegiatan di pendidikan anak usia dini juga menanamkan kejujuran, kedisiplinan, dan berbagai hal positif lain. Anak yang sebelumnya mendapatkan pendidikan di pendidikan anak usia dini seringkali memiliki kemampuan untuk komunikasi lebih baik saat sekolah. Hal ini dikarenakan ia sudah terbiasa untuk bermain, belajar, hingga makan bersama dengan teman yang memiliki usia sebaya.
Dikutip dari National Association for the Education of Young Children (NAEYC), menyarankan untuk memperhatikan ciri pendidikan anak usia dini yang baik, sebagai berikut :
Pertama, Anak-anak menghabiskan hampir seluruh waktu mereka untuk bermain, baik membuat sesuatu ataupun bermain dengan temannya.
Kedua, Anak diberikan berbagai aktivitas sepanjang hari, untuk itu meminta jadwal kegiatan kelas sehari-hari juga penting sehingga orang tua dapat menilai apakah kegiatan di kelas membosankan atau tidak untuk anak.
Ketiga, Lihat hiasan di dalam kelas, sebab idealnya karya anak-anaklah yang dipajang untuk menghias kelas, sehingga anak pun merasa bangga dan bersemangat.
Keempat, Kurikulum dapat diadaptasi untuk anak yang lebih cepat belajar, dan juga untuk anak yang membutuhkan bantuan lebih untuk belajar. Sehingga para guru harus tahu bahwa latar belakang, pengalaman, dan kemampuan setiap anak berbeda, sebab setiap anak punya cara belajar yang berbeda satu dengan lainnya.
Kelima, Sarana dan prasarana juga menjadi hal yang tidak kalah pentingnya, sebab itu nantinya akan menjadi penunjang pendidikan anak di pendidikan anak usia dini tersebut.
Catatan Akhir
Luar biasa peran pendidikan anak usia dini bagi terbentuknya manusia yang berkualitas. Sebab, semua bermula dari pembentukan dan optimalisasi potensi dan fungsi otak manusia.
***