KPPU Bongkar Penyebab Harga Tiket Feri Batam-Singapura Tinggi

harga tiket feri batam-singapura
Ketua Kantor Wilayah I KPPU, Ridho Pamungkas dan Komisioner KPPU, Eugenia Mardanugraha. Foto: Gokepri/Muhammad Ravi

Batam (gokepri.com) – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menggelar Forum Group Discussion (FGD) dengan pihak Singapura terkait polemik kenaikan harga tiket kapal feri Batam-Singapura atau rute sebaliknya yang terbilang tinggi.

Komisioner KPPU Eugenia Mardanugraha mengungkapkan dari hasil FGD itu ada beberapa penyebab kenaikan harga tiket kapal feri Batam-Singapura yang awalnya mulai Rp280 ribu hingga Rp300 ribu menjadi Rp760 ribu sejak dua tahun lalu.

“Pertama, biaya operasional yang tentunya naik dan biaya bahan bakar itu komponen yang paling besar dari biaya operasional tersebut,” katanya usai FGD, di Marketing Center Badan Pengusahaan (BP) Batam, Selasa, 11 Juni 2024.

Baca Juga: Harga Tiket Feri Mahal, Pemprov Kepri dan KPPU Akan Bahas dengan Singapura

Menurutnya, biaya operasional di Singapura lebih tinggi jika dibandingkan di Malaysia. Sehingga tiket Batam-Singapura lebih mahal dibandingkan Batam-Malaysia.

“Iya, kami peroleh dari hasil FGD ini. Jadi, itu juga yang membuat bahan bakarnya itu menjadi lebih tinggi,” katanya.

Selain itu, operator kapal feri juga menetapkan harga yang lebih tinggi untuk menutup kerugian selama tidak beroperasi sepanjang dua tahun pandemi Covid-19. Ditambah lagi, biaya-biaya yang bersifat administrasi, seperti pajak di pelabuhan Singapura dan Batam yang juga mengalami kenaikan.

“Ini yang menjadi persoalan di dalam penentuan harga,” ujarnya.

Sebelumnya, KPPU juga telah melakukan survei kepada konsumen di tiga pelabuhan. Dari survei itu, KPPU mendapati bahwa konsumen merasa keberatan dan menilai kenaikan harga tiket tersebut tidak wajar.

“Kami belum menghitung harga rata-rata ya dari hasil survei itu berapa, tapi perkiraan Rp500 hingga Rp600 ribu yang mereka anggap wajar,” katanya.

Kepala Kantor Wilayah I KPPU, Ridho Pamungkas menambahkan, selain faktor operasional dan bahan bakar, faktor supply and demand juga mempengaruhi harga tiket.

“Kita pahami harga naik ini memang tingkat okupansinya masih belum kembali seperti normal. Tapi, juga jadi pertanyaannya tingkat okupansi ini memang belum normal karena harganya yang terlalu mahal, karena hal lain atau memang gairah ekonomi yang masih belum tinggi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Penulis: Muhammad Ravi

Pos terkait