Singapura (gokepri) – Google menambah investasi di Singapura menjadi USD5 miliar (sekitar Rp81,4 triliun) dengan selesainya pembangunan pusat data (data center) keempat mereka di negara tersebut.
Angka ini naik signifikan dibanding USD850 juta (SGD1,1 miliar) pada 2018 ketika pusat data ketiga Google diresmikan. Pengumuman tersebut disampaikan pada 3 Juni lalu dalam sebuah acara di kantor Google yang berlokasi di Mapletree Business City II, Pasir Panjang.
Baca Juga:
- Google Sediakan Beasiswa Bagi 10.000 Talenta Digital Indonesia
- Ekonomi Digital Melesat, Pusat Data Hyperscale Menjamur di Batam dan Pinggiran Jakarta
Raksasa teknologi tersebut menyebutkan, saat ini lebih dari 500 orang bekerja di pusat data Google di Singapura. Pusat-pusat data ini mendukung berbagai layanan digital populer Google, seperti mesin pencari dan Google Maps. Spesifikasi detail dari fasilitas terbaru ini tidak dipublikasikan.
Singapura merupakan salah satu dari 11 negara tempat Google saat ini mengoperasikan pusat data. Pusat data pertama Google di Singapura diluncurkan pada 2014, diikuti pusat data kedua yang mulai beroperasi pada 2015. Semua pusat data Google di Singapura berlokasi di Jurong West.
Pada 30 Mei lalu, Google mengumumkan akan berinvestasi USD2 miliar di Malaysia untuk membangun pusat data pertama mereka di negara tersebut.
Senior Minister of State for Communications and Information Janil Puthucheary mencatat semakin banyak pusat data yang dibutuhkan untuk mendukung kapasitas daya komputasi yang krusial bagi kebutuhan teknologi, seperti penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan sistem otonom yang terus meningkat.
“Namun, dengan keterbatasan energi dan karbon yang kita miliki, pertumbuhan kapasitas ini hanya dapat terwujud jika kita dapat membuat pusat data lebih berkelanjutan,” ujar Dr Janil, yang menghadiri acara tersebut pada 3 Juni.
“Kami berkomitmen untuk mengembangkan sektor (pusat data) agar lebih berkelanjutan,” lanjutnya, merujuk pada peluncuran Green Data Centre Roadmap (Peta Jalan Pusat Data Hijau) nasional pada 30 Mei lalu.
Peta jalan baru yang diluncurkan oleh Wakil Perdana Menteri Heng Swee Keat di acara Asia Tech x Singapore tersebut mencakup rencana untuk menambah kapasitas pusat data sebesar 300MW di Singapura dalam beberapa tahun mendatang, dengan 200MW dialokasikan khusus untuk operator yang menggunakan opsi energi hijau.
Standar hijau yang digariskan dalam peta jalan tersebut mencakup cara-cara untuk meningkatkan efisiensi energi dengan meningkatkan peralatan, selain mengurangi energi yang dibutuhkan untuk pendingin udara dengan aman menaikkan suhu operasi menjadi 26 derajat Celcius.
Singapura saat ini memiliki lebih dari 70 pusat data dengan kapasitas 1,4 gigawatt.
Saat ini, pusat data tersebut menyumbang 82 persen emisi sektor informasi dan komunikasi Singapura, serta 7 persen dari total konsumsi listriknya.
Dalam sebuah pernyataan, Google mengatakan bahwa pusat data mereka dilengkapi dengan fitur keberlanjutan untuk memastikan pengelolaan sumber daya yang efisien.
Hal ini sangat diperlukan di Singapura, di mana tindakan pendinginan harus diatur dengan hati-hati untuk menghindari pemborosan energi dan penurunan efisiensi pusat data, demikian disampaikan Google.
Ken Siah, kepala urusan publik Google untuk pusat data Asia-Pasifik, mengatakan inovasi di bidang seperti desain fasilitas dan perangkat keras telah memungkinkan terciptanya komputer super yang dapat beroperasi pada suhu lebih tinggi, sehingga membutuhkan lebih sedikit energi untuk pendinginan.
“Suhu rata-rata di pusat data kami sekitar 27 derajat Celcius. Sebenarnya bisa lebih tinggi, tetapi kami tetap pada level itu untuk kenyamanan manusia yang bekerja di sana,” ujarnya saat acara tersebut.
Siah menambahkan bahwa air daur ulang juga digunakan untuk mendinginkan pusat data Google di sana karena cuaca panas Singapura – sebuah langkah yang mengurangi emisi karbon sebesar 10 persen dibandingkan dengan pendingin udara.
Air daur ulang tersebut juga digunakan kembali untuk pendinginan beberapa kali, sehingga meminimalkan asupan air pusat data.
Pusat data tersebut juga menggunakan cahaya alih-alih listrik untuk jaringan, kata Siah.
Dengan menggunakan metode ini, sakelar sirkuit optik menggunakan cermin putar kecil untuk mengirimkan data dari port input ke port output.
Metode transmisi data ini memungkinkan Google untuk mengurangi konsumsi energi hingga 40 persen dibandingkan dengan jaringan listrik tradisional, tambahnya.
“Pengalaman kami adalah bahwa dengan bekerja sama dengan ekosistem, menggunakan kecerdikan manusia dan inovasi teknologi, pusat data dapat tumbuh secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan AI, bahkan di sini di garis khatulistiwa,” pungkas Siah. THE STRAITS TIMES
Cek Berita dan Artikel yang lain diĀ Google News