Alat Deteksi Dini Rematik Melalui Kuku

alat deteksi dini rematik
Alat deteksi dini penyakit rematik melalui kuku karya mahasiswa lintas Program Studi (Prodi) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). FOTO: UMM

MALANG (gokepri) – Sejumlah mahasiswa lintas program studi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan sebuah inovasi alat pendeteksi dini penyakit rheumatoid arthritis atau rematik melalui kuku.

Penyakit autoimun ini yang menyebabkan peradangan jangka panjang pada sendi, dikenal sering menyerang para lansia. Namun, tidak menutup kemungkinan orang dewasa dan remaja juga bisa terjangkit.

Bacaan Lainnya

Abi Mufid Octavio, salah satu anggota tim pengembang alat ini, menjelaskan jika penyakit rheumatoid arthritis sudah memasuki fase akut, penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan berisiko menyebabkan kelumpuhan.

“Karena itu, identifikasi dini sangat diperlukan untuk mendeteksi potensi penyakit rematik sejak awal,” ujarnya di Malang, Jawa Timur, Senin (12/8).

Alat deteksi ini telah diujicobakan kepada lebih dari 100 orang, yang terdiri dari remaja, dewasa, hingga lansia. Hasilnya, alat tersebut berhasil memberikan deteksi yang efektif dan respons positif dari para pengguna.

“Setelah menggunakan alat kami untuk deteksi dini, hasilnya kemudian dicocokkan dengan pemeriksaan lanjutan, dan terbukti akurat,” jelas Abi.

Cara kerja alat ini terbilang unik dan spesifik, yakni dengan menganalisis kondisi kuku, mulai dari tekstur, ridging atau adanya lubang kecil, perubahan warna menjadi kuning, kerapuhan, hingga pendarahan serpihan. Kondisi-kondisi tersebut, yang biasanya tidak dapat diamati dengan mata telanjang, kini dapat dideteksi dengan mudah.

Abi menambahkan, jika alat ini mendeteksi indikasi rematik, langkah selanjutnya adalah observasi lanjutan dengan dokter.

“Indikasi rematik itu banyak, dan alat kami bertugas memvisualisasikan hasil analisis dari kuku yang telah difoto untuk diidentifikasi lebih lanjut,” paparnya.

Namun, jalan menuju inovasi ini tidak sepenuhnya mulus. Abi mengaku, ia bersama timnya menghadapi berbagai tantangan dalam pengembangan alat tersebut. Proses pengembangan memakan waktu lebih dari satu bulan, dan mereka masih terus menyempurnakan alat ini agar dapat diproduksi secara massal.

“Dengan biaya produksi sebesar Rp7 juta, kami nilai ini adalah investasi yang kecil untuk inovasi besar dalam dunia kesehatan. Kami juga berencana menjalin kerja sama dengan perusahaan agar alat ini bisa dikomersialkan,” kata Abi.

Baca: Deteksi Kanker Paru dengan Teknologi Endobronchial Ultrasound

Melalui inovasi ini, Abi dan timnya berharap bisa memberikan kontribusi baru bagi dunia kesehatan, terutama dalam upaya deteksi dini penyakit rematik. Ia juga berpesan kepada rekan-rekan mahasiswa untuk terus berinovasi dan tidak mudah menyerah dalam menciptakan produk-produk baru.

“Jangan pernah bosan berinovasi, karena setiap inovasi pasti ada manfaatnya,” tuturnya.

Adapun tim pembuat alat deteksi dini penyakit rematik ini terdiri dari Nuri Vhirdausia, Frenischa Yincenia W, dan Desta Karina dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes), serta Abi Mufid Octavio dan Muhammad Lutfi dari Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT) Universitas Muhammadiyah Malang. ANTARA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Pos terkait