80 Orang Meninggal di Jepang Diduga Terkait Suplemen Penurun Kolesterol

suplemen penurun kolesterol
Papan toko obat di Tokyo, Jepang. Foto: AFP

TOKYO, Jepang (gokepri) – Kementerian Kesehatan Jepang menyelidiki 80 kematian yang diduga terkait dengan suplemen mengandung ragi yang dijual oleh perusahaan farmasi Kobayashi Pharmaceutical. Angka ini melonjak drastis dari laporan awal lima kematian, memicu sorotan tajam terhadap regulasi suplemen di Jepang.

Pada Maret lalu, Kobayashi Pharmaceutical melaporkan lima kematian yang diduga terkait dengan produk CholesteHelp, suplemen yang diklaim dapat menurunkan kolesterol. Suplemen ini mengandung beras dan ragi merah. Kementerian Kesehatan Jepang menemukan kandungan asam puberulat, zat beracun tinggi yang dihasilkan jamur, dalam produk tersebut. Sejak 28 Juni 2024, Kementerian Kesehatan Jepang mengambil tindakan tegas dengan menginvestigasi kasus ini.

Baca:

Menteri Kesehatan Keizo Takemi menyatakan sangat disesalkan karena Kobayashi Pharmaceutical tidak segera memperbarui informasi kepada Kementerian Kesehatan. Sejak Maret, perusahaan yang bermarkas di Osaka itu belum memberikan laporan baru terkait kematian yang diduga terkait dengan CholesteHelp.

Kobayashi Pharmaceutical melaporkan, sejak Maret, sebanyak 1.656 orang telah mencari perawatan medis terkait efek samping CholesteHelp, dan 289 orang dirawat di rumah sakit. Suplemen ini telah ditarik dari peredaran di Jepang dan China, dua negara tempat CholesteHelp dipasarkan.

Takemi menegaskan, pemerintah akan mengambil langkah lebih aktif dalam penyelidikan, setelah sebelumnya membiarkan perusahaan tersebut melaporkan penemuannya sendiri. “Kami tidak bisa lagi membiarkan Kobayashi Pharmaceutical menangani ini sendirian,” tegasnya.

Kobayashi Pharmaceutical berdiri pada 1919. Meskipun bukan perusahaan farmasi papan atas Jepang, mereka memproduksi berbagai suplemen dan produk kesehatan seperti penghangat tangan dan penyegar udara. Beberapa produk tersebut dipasarkan di Amerika Serikat dan negara Asia lainnya.

Di Jepang, pedoman pengendalian kualitas terkait suplemen dan produk lain yang menjanjikan manfaat kesehatan mulai diterapkan pada 2015. Regulasi tersebut dinilai kurang ketat dibandingkan dengan aturan yang mengatur obat resep di Jepang. Perusahaan biasanya bertanggung jawab untuk melaporkan kepatuhan sendiri, bukan menjalani pemeriksaan pemerintah.

Sementara itu, di Amerika Serikat – negara dengan pasar suplemen yang sedang berkembang pesat – organisasi seperti American Medical Association mendesak Food and Drug Administration untuk menerapkan aturan yang lebih ketat guna menjamin keamanan suplemen. Sejumlah kematian di Amerika Serikat dikaitkan dengan suplemen diet yang dipasarkan untuk menurunkan berat badan dan pembentukan otot.

Pada konferensi pers Maret lalu, ketika kematian terkait CholesteHelp pertama kali diungkap, Presiden Kobayashi Pharmaceutical, Akihiro Kobayashi, meminta maaf karena terlambat memberikan informasi dan menyatakan dirinya “tak bisa berkata-kata.” NYTIMES

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Pos terkait