BATAM (gokepri) – Universitas Batam memutakhirkan kurikulum Farmasi untuk akreditasi unggul. Potensi farmasi kelautan Kepri dan Program Profesi Apoteker jadi fokus utama.
Universitas Batam (Uniba) mengadakan kegiatan pemutakhiran kurikulum, evaluasi visi-misi, dan kuliah umum untuk Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan pada Rabu (11/12/2024) di Batam, Kepulauan Riau.
Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Rektor I, Prof Dr Ir Chablullah Wibisono, MM; Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Prof. Dr. drg. Zaki Mubarak, MS; Wakil Ketua Bidang Akademik Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APT-FI), Prof. Apt. Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D; serta Asesor LAM KPRS, Apt. Hilda Muliana, S.Si, SpFRS, MARS, MH.Kes., M.Psi. Hadir pula Ketua Program Studi Farmasi, Apt. Heldi Candra, M.Farm; Wakil Ketua LPPM Uniba, Dr. Ir. Yuanita FD Sidabutar, ST., M.Si; serta sejumlah mahasiswa Universitas Batam.
Dalam sambutannya, Junaidi Khotib menyampaikan APT-FI siap mendampingi Uniba dalam upaya mencapai akreditasi yang lebih baik. Menurutnya, pendampingan ini penting agar Fakultas Ilmu Kesehatan Uniba dapat mendirikan Program Profesi Apoteker di masa mendatang.
“Upaya ini membutuhkan langkah sistematis. Dengan akreditasi yang unggul, kami berharap Program Profesi Apoteker dapat berdiri pada tahun 2026. Pendidikan profesi ini akan melengkapi Program Sarjana Farmasi selama satu tahun,” kata Junaidi.
Baca Juga:
Uniba Gelar Seminar Internasional Kesehatan Kerja di Era Society 5.0
Ia menambahkan posisi strategis Kepulauan Riau sebagai kawasan perairan memberikan keunggulan tersendiri dalam pengembangan bidang farmasi. “Potensi besar ini sejalan dengan upaya pengembangan pemerintah daerah. Sinergi antara Uniba dan pemerintah diharapkan mendorong kemandirian farmasi Indonesia,” ujarnya.
Wakil Rektor I, Chablullah Wibisono, turut menyampaikan harapannya agar akreditasi Program Studi Farmasi dapat meningkat dari “Baik” menjadi “Baik Sekali” atau bahkan “Unggul”.
“Kita memiliki potensi besar di Batam. Sebagian besar bahan baku farmasi dan kosmetik berasal dari biota laut. Dengan 98 persen wilayah Kepri berupa laut, peluang untuk memanfaatkan sumber daya kelautan sangat besar,” jelas Chablullah.
Ia juga menyoroti pentingnya pengembangan sektor farmasi sebagai alternatif dari industri manufaktur. “Farmasi memberikan nilai tambah lebih besar karena kita memiliki bahan baku lokal. Namun, ini memerlukan dukungan riset yang intensif,” tambahnya.
Chablullah menegaskan, penelitian merupakan tanggung jawab akademisi untuk mendorong kemajuan farmasi. “Penelitian dan pengembangan di bidang ini akan meningkatkan kesehatan masyarakat Batam, sekaligus mendukung produktivitas dan daya saing mereka,” katanya.
Baca Juga:
Perkuat Kampus Jadi Pusat Inovasi, Uniba Hadirkan Divisi Hak Kekayaan Intelektual
Optimisme juga diungkapkan Chablullah terkait ketersediaan bahan baku farmasi di Kepri. “Hasil riset kami akan diserahkan kepada pemerintah. Dengan potensi kelautan yang kita miliki, kita tidak perlu lagi bergantung pada impor. Ada delapan potensi ekonomi biru, termasuk biota laut untuk farmasi,” terangnya.
Sementara itu, Wakil Ketua LPPM Uniba, Yuanita FD Sidabutar, menambahkan kegiatan ini merupakan kolaborasi antara LPPM Universitas Batam dan Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan. Tema kuliah umum yang diangkat adalah Farmakogenomik.
“Program Studi Farmasi berdiri sejak 2017. Tujuan kegiatan ini adalah memperbarui visi, misi, serta roadmap penelitian farmasi untuk periode 2025-2026. Farmakogenomik menjadi salah satu bidang kepakaran yang terus dikembangkan,” ungkap Yuanita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News