JAKARTA (gokepri) — Puluhan tokoh senior Realestat Indonesia (REI) turun gunung membahas jalan keluar bagi sektor properti yang tengah lesu. Dalam pertemuan di kediaman Ketua Kehormatan REI, MS Hidayat, Rabu (29/10), mereka menyoroti lambannya pasar apartemen, rendahnya daya beli, serta strategi mempercepat program 3 juta rumah pemerintah.
Pertemuan yang dihadiri 37 tokoh dan senior REI itu diinisiasi Ketua BPO-REI Paulus Totok Lusida bersama Sekretaris BPO Bally Saputra Datuk Janosati. “Kami ingin memberi dukungan dan masukan konkret kepada pengurus pusat REI dalam menghadapi situasi yang sulit,” kata Hidayat, Ketua Umum REI periode 1989–1992 yang juga pernah menjabat Menteri Perindustrian.
Totok Lusida mengatakan, pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan penting seperti perpanjangan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga 2027, pembebasan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), serta penghapusan retribusi Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) untuk rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Kuota rumah bersubsidi juga naik menjadi 350 ribu unit pada 2025.
Selain itu, REI mendorong kemudahan bagi masyarakat berpenghasilan tanggung (MBT) dengan harga rumah hingga Rp500 juta agar juga bebas PPN. “Kami sudah usulkan sejak lama agar segmen ini mendapat insentif karena menjadi pasar potensial,” ujarnya.
Para senior juga membahas tantangan penerapan konsep hunian berimbang yang mewajibkan pengembang membangun rumah sederhana, menengah, dan mewah secara proporsional. Totok menilai aturan yang mewajibkan pembangunan dalam satu kawasan sulit diterapkan. “Kita perlu fleksibilitas, misalnya dengan dana konversi atau lokasi hunian berimbang di provinsi yang sama,” katanya.
Pasar apartemen juga tak luput dari bahasan. Berdasarkan hasil survei internal REI, penjualan apartemen turun salah satunya karena tingginya biaya service charge atau iuran pemeliharaan lingkungan. Totok mengusulkan agar biaya untuk apartemen menengah bawah diturunkan menjadi Rp12–14 ribu per meter persegi agar lebih terjangkau.
Ketua Kehormatan REI, Soelaeman Soemawinata, menambahkan bahwa tarif listrik dan air di apartemen juga masih dikenakan tarif komersial. “Ini tidak adil. Kalau tarif disamakan dengan rumah tapak, biaya hidup penghuni akan jauh lebih ringan,” ujarnya.
Ia menilai penurunan biaya hidup di apartemen bisa mendorong masyarakat beralih ke hunian vertikal. Dampaknya bukan hanya menggerakkan pasar, tapi juga mengurangi kemacetan dan konsumsi bahan bakar.
Menurut MS Hidayat, sektor properti tetap berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi karena melibatkan lebih dari 185 industri turunan. Para senior REI menyatakan dukungan terhadap target pertumbuhan ekonomi 8 persen seperti dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Tokoh properti James T. Riady dan Sugianto Kusuma (Aguan) mendorong anggota REI memanfaatkan fasilitas Kredit Program Perumahan (KUR Perumahan) senilai Rp130 triliun dengan bunga rendah. “Dana ini peluang besar untuk mendongkrak sektor perumahan,” ujar James. Aguan menambahkan, REI juga bisa berperan dalam renovasi rumah tak layak huni di berbagai daerah.
Pertemuan tersebut diakhiri dengan seruan agar REI lebih aktif memberi masukan kepada pemerintah dan menjaga kesinambungan pertumbuhan sektor perumahan nasional. Beberapa tokoh yang hadir antara lain Siswono Yudo Husodo, Suharso Monoarfa, Yan Mogi, Agusman Effendi, Setyo Maharso, Eddy Hussy, Alex Tedja, Nanda Widya, dan Herman Sudarsono. BISNIS.COM
Baca Juga: PLN Batam dan REI Kolaborasi Percepat Penyambungan Listrik Perumahan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





