Silawati, Srikandi Rajut dari Batam yang Menembus Dunia

Kirumi Craft Batam
Silawati. Foto: gokepri/Muhammad Ravi

Silawati berhasil memanfaatkan hobinya merajut menjadi bisnis. Dari Batam, produk kerajinan rajutnya telah sampai di banyak kota di Indonesia dan diminati pasar sejumlah negara. Bermodal tekun dan terus berinovasi.

Penulis: Muhammad Ravi
Batam

Bacaan Lainnya

Di tengah gang kecil di sebuah perumahan di Kota Batam, Silawati merajut asa dari untaian benang menjadi barang mewah bernilai jutaan rupiah. Tangannya yang cekatan seperti punya sihir ketika merajut. Ditambah imajinasinya yang kreatif semakin membuat yakin bahwa barang mewah yang dibuatnya adalah buah hasil ketekunan selama bertahun-tahun.

Baca Juga: 

Silawati belajar merajut dari mendiang ibunya. Sejak kecil, ia selalu menyaksikan kemahiran ibunya membuat lapisan tudung saji atau taplak meja di ruang tamu rumahnya. Setelah itu, ia mulai belajar merajut serara otodidak.

Sila sapaan akrabnya, baru serius menekuni hobi merajutnya itu sejak 2017 dan bergabung dalam Komunitas Rajut Batam dan kini, ia juga dipercaya sebagai Ketua Asosiasi Rajut Indonesia Kepulauan Riau.

Menurut Sila, bergabung dengan komunitas semakin membuatnya percaya diri karena bertemu dengan orang-orang yang memiliki hobi sama dengannya. Baginya, komunitas sangat penting dan membantunya mengembangkan hobi merajut hingga menjadi peluang bisnis.

“Kalau mereka mau bisnis ya perbaiki diri sendiri, yang punya bisnis itu kan punya nilai jual. Tapi kalau sekedar untuk di rumah, happy fun itu banyak juga, mereka enggak mau ribet,” kata Sila saat ditemui di Rumah Rajut Kirumi Craft, label rajut miliknya.

Kirumi Craft Batam

Rumah rajut ini berada di Puskopkar Blok A3 No 14, Batuaji. Di rumah rajut Kirumi Craft itu tampak berjejer beberapa hasil karya Sila yang dipajang di ruang tamu. Mulai dari sepatu, tas, topi, aksesoris bahkan payung rajut menghiasi rumahnya. Sila juga menerima pesanan kustomisasi rajutan untuk mereka yang mau mengoleksi hasil rajutan buatannya.

Kadang, ia juga merasa tertantang jika mendapat pesanan unik dari pelanggannya. Hal tersebut membuat Sila menjadi harus mengeksplor ide dan mengembangkan kemampuannya.

“Kalau untuk payung memang, untuk Batam ya memang dua atau tiga orang saja yang bisa merajut payung. Tapi unggulan saya topi dan sepatu. Saya juga ikuti mereka maunya apa,” kata Sila.

Sila menjelaskan bahwa ketika sol sepatu tersedia, hanya butuh dua atau tiga hari untuk menyelesaikan sepasang sepatu dan satu hari untuk menyelesaikan sebuah topi. Sila menyampaikan untuk harga tergantung barang yang dipesan dan kerumitan desainnya. Sepasang sepatu mulai dari harga Rp250.000 hingga Rp700.000 ribu rupiah dan topi berkisar antara Rp150.000 hingga Rp300.000.

Kirumi Craft Batam

Untuk merajut payung, Sila membutuhkan waktu hingga dua minggu. Sila mengatakan payung dengan desain yang sederhana bisa bernilai Rp1,5 juta dan payung dengan desain rumit bernilai hingga Rp3,5 juta yang ditujukannya untuk pangsa pasar kelas menengah ke atas dan wisatawan mancanegara.

Sila telah mengikuti Festival Payung Indonesia Tingkat Nasional yang diikuti oleh negara India, Thailand dan Amerika Serikat. Dalam ajang itu, Sila yang membawa payung rajutannya dengan judul “Sepayung Bumi, Hijau Bumiku” yang terinspirasi dari hutan mangrove di Kota Batam dan berhasil mendapatkan prestasi 10 besar nasional.

Sila menjelaskan untuk tetap eksis dalam berusaha, ia meyakini harus terus mengikuti tren terkini sehingga tidak tertinggal perkembangan zaman akan keinginan pangsa pasar. Ia menyebut hasil karyanya cocok dikenakan untuk semua kalangan.

Kirumi Craft Batam

Buah hasil karyanya itu dijajakannya melalui daring, seperti media sosial Facebook dan Instagram. Sila juga mengaku telah bekerja sama dengan Montigo Resort Nongsa untuk memasarkan hasil rajutannya.

Saat mengirimkan barang pesanan ke pelanggan, Sila mengeluhkan tarif pajak 11 persen yang dikenakan untuk barang yang akan dikirim keluar Batam. Namun, baginya hal itu tidak bermasalah jika harga sudah disepakati dengan pelanggan.

Kirumi Craft Batam

“Saat ini kami sudah binaan UMKM Disperindag, jadi kami dikenakan pajak 11 persen untuk mengirimkan barang keluar Batam. Kalau kami enggak UMKM itu pasti lebih tinggi,” ungkap Sila.

Kini barang-barang hasil rajutannya itu telah sampai di banyak tempat di Indonesia seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Jambi, Padang, Nias, hingga Bali. Bahkan, Sila mengatakan barang hasil rajutannya itu juga telah dikirim keluar negeri seperti ke Singapura, Malaysia, Korea Selatan, sampai Perancis.

Sila menjelaskan sebagai UMKM binaan pemerintah, urusannya untuk mengembangkan usaha jadi mudah. Seperti menerbitkan izin usaha dan nomor izin berusaha hingga HAKI merek usaha miliknya juga dibantu oleh pemerintah.

Kini, Sila berharap usaha rajutnya bisa menginspirasi masyarakat untuk terus menekuni kegemaran masing-masing dan terus belajar untuk menjadi lebih kreatif serta berusaha untuk tetap mengikuti tren terbaru.

***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Pos terkait