Ini Desa Wisata di Kepulauan Riau yang Jadi Wisata Menarik

Desa Wisata di Kepulauan Riau
Air terjun di Desa Resun, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Foto: Kemenparekraf

Batam (gokepri) – Desa-desa atau kampung di Provinsi Kepulauan Riau, potensial dikembangkan daerah tujuan wisata. Desa-desa ini bisa menarik tambahan kunjungan dengan menawarkan aktivitas, tradisi, kearifan lokal hingga panorama alam yang indah.

Kepulauan Riau (Kepri) memiliki potensi wisata yang besar, baik wisata alam, budaya, maupun kuliner. Salah satu potensi yang tengah dikembangkan adalah desa wisata. Pengembangan itu berhasil. Ada beberapa desa wisata yang masuk dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia atau ADWI.

Anugerah Desa Wisata Indonesia merupakan ajang pemberian penghargaan kepada desa-desa wisata yang memiliki prestasi dengan kriteria-kriteria penilaian dari Kemenparekraf/Baparekraf. Event ini bertujuan menjadikan desa wisata Indonesia sebagai destinasi pariwisata berkelas dunia dan berdaya saing tinggi.

Baca Juga: INFOGRAFIS: Membangun Desa Wisata di Kawasan Pesisir

Anugerah Desa Wisata Indonesia memiliki beberapa kategori penilaian. Kategori tersebut antara lain: penerapan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability), Desa Digital, Souvenir (Kuliner, Fesyen, Kriya), Daya Tarik Wisata (Alam, Budaya, Buatan), Konten Kreatif, Homestay, dan Toilet.

Bagaimana dengan desa wisata di Kepri? Berikut desa-desa wisata di Kepulauan Riau yang menarik untuk dikunjungi.

1. Desa Wisata Resun, Kabupaten Lingga

Desa Wisata di Kepulauan Riau
Air Terjun di Desa Resun. Foto: Kemenparekraf

Desa Wisata Resun berlokasi di Desa Resun, Kecamatan Lingga Utara, Kabupaten Lingga. Desa ini masuk dalam daftar 300 besar ADWI 2023.

Desa Resun memliki beberapa potensi wisata antara lain Air Terjun Mak Unggal, Air Terjun Pak Mentoh, Air Terjun Titi Membulan, Air Terjun Air Jihak, Sungai Mangrove, Sungai Kim, makanan olahan khas seperti Buah Keruing, kue Meskot, dan warisan budaya yang telah dikenal luas yakni Besaman/Ratif Saman, Mandi Safar, Silat Pengantin, Tari Persembahan, Berzanji, dan Tepuk Tepung Tawar dari desa Resun

Banyak spot wisata yang bisa dinikmati seperti air terjun sampai camping ground di Sungai Kim. Desa wisata ini juga dikenal dengan aktivitas menjelajahi hutan mangrove sepanjang 7 kilometer yang ditempuh selama 45 menit. Daya tarik hutan ini adalah hutan berkelok, aliran sungai yang tenang, flora dan fauna hingga ekosistem kunang-kunang.

Atraksi lainnya wisata salak buah, wisata budaya mandi Safar, silat melayu Selamat Datang, wisata pemandian sungai Kim, hingga edukasi kuliner.

Wisatawan yang ingin berkunjung ke desa wisata ini bisa memesan tiket tur mangrove seharga Rp250.000. Biaya ini sudah termasuk biaya retribusi, pompong maksimal 12 orang, air mineral, edukasi sungai mangrove, menyaksikan sunset, melihat kunang-kunang, life jacket, pemandu perjalanan dan perjalanan ke air terjun.

2. Desa Wisata Mekar Jaya, Kabupaten Natuna

Desa Wisata di Kepulauan Riau
Desa Wisata Resun. Foto: Kemenparekraf

Desa Wisata Mekar Jaya memberi konsep Back to Nature. Desa ini masuk dalam daftar 300 besar ADWI 2022.

Terletak di Kecamatan Bunguran Barat, 70 kilomete dari Ranai, dengan waktu tempuh 1 jam 30 menit. Salah satu objek wisatanya adalah wisata mangrove. Mangrove Desa Mekar Jaya mulai ditata sejak September 2018.

Melalui swadaya masyarakat berhasil membangun 120 meter jalur pejalan kaki di sepanjang bibir sungai hutan mangrove. Di sini, pelancong akan menikmati keindahan alam yang diselimuti dengan banyak pepohonan yang membuat desa ini sangat cantik dan terasa seperti di dalam hutan. Pelancong juga bisa menelusuri mangrove dengan speed boat.

Atraksi lainnya melihat Kekah, menangkap kepiting bakau dan rajungan, hingga memanen buah mangrove dan membuat tepung mangrove.

3. Desa Wisata Kampung Tua Bakau Serip, Kota Batam

Desa Wisata di Kepulauan Riau
Desa Wisata Kampung Tua Bakau Serip, Kota Batam.

Desa ini masuk dalam 50 besar ADWI 2022. Desa wisata Kampung Tua Bakau Serip keberadaannya berhampiran dengan Teluk Mata Ikan yang juga berdekatan dengan makam Nong Isa. Ramai orang berpendapat bahwa kampung ini merupakan salah satu kampung tertua di Batam yang juga merupakan pusat pemerintahan pertama di wilayah ini.

Desa Wisata Kampung Tua Bakau Serip berlokasi di Kampung Tua Bakau Serip, Jalan Hang Lekiu KM 4 Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa Kota Batam. Desa Wisata Kampung Bakau Serip memiliki potensi wisata alam dengan keberagaman flora dan fauna, konservasi mangrove, edukasi serta wisata pantai.

Ekowisata Mangrove Pandang Tak Jemu memiliki destinasi pantai pasir putih yang begitu elok, keberadaannya di pesisir laut daerah Nongsa. Ekowisata ini memiliki kelebihan pada view pemandangan yang menghadap langsung kenegara jiran yakni Singapore dan Malaysia.

4. Desa Wisata Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang

Desa Wisata di Kepulauan Riau
Foto: Kemenparekraf

Pulau Penyengat meraih penghargaan bergengsi sebagai juara 1 kategori Desa Wisata Rintisan ADWI 2023 dan 75 besar ADWI 2023.

Pulau Penyengat atau Pulau Penyengat Inderasakti dalam sebutan sumber-sumber sejarah, adalah sebuah pulau kecil yang berjarak kurang lebih 2 km dari Kota Tanjungpinang, pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini berukuran panjang 2.000 meter dan lebar 850 meter, berjarak lebih kurang 35 km dari Pulau Batam. Pulau ini dapat ditempuh dari Tanjungpinang dengan menggunakan perahu bermotor atau lebih dikenal pompong yang memerlukan waktu tempuh kurang lebih 15 menit.

Pulau Penyengat merupakan salah satu obyek wisata di Kepulauan Riau. Di pulau ini terdapat berbagai peninggalan bersejarah yang diantaranya adalah Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, makam-makam para raja, makam dari pahlawan nasional Raja Ali Haji, kompleks Istana Kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi. Sejak tanggal 19 Oktober 1995, Pulau penyengat dan kompleks istana di Pulau Penyengat telah dicalonkan ke UNESCO untuk dijadikan salah satu Situs Warisan Dunia.

Sesampainya di Pulau Penyengat, pengunjung disambut dengan pemandangan Masjid Raya Sultan Riau. Masjid dengan warna kuning dan hijau ini berada di dekat dermaga dan jadi daya tarik utama wisata religi di Pulau Penyengat. Terdapat beberapa koleksi yang sangat terkenal di masjid ini, antara lain kitab suci Al-Quran yang ditulis tangan dan sepiring pasir yang konon dibawa oleh seorang bangsawan Riau pertama yang menunaikan ibadah haji di Mekkah, yaitu Raja Ahmad Engku Haji Tua.

Lalu bisa menjajal permainan unik perahu jong, permainan tradisional kebanggaan masyarakat sekitar Pulau Penyengat. Permainan khas Melayu ini memiliki banyak penggemar dan komunitas. Bentuk perahu jong menyerupai miniatur perahu layar yang dimainkan dengan cara meletakkan perahu jong di atas laut, kemudian dibiarkan bergerak mengandalkan tiupan angin. Permainan ini biasanya dimainkan secara bersamaan dan berlangsung meriah dengan warna-warni perahu yang cerah.

Liburan di Pulau Penyengat, tak lengkap rasanya kalau melewatkan aneka kulinernya yang menggugah selera, seperti karipap. Kudapan ringan berisi potongan wortel dan kentang ini memang sudah terkenal sebagai salah satu hidangan sarapan khas Melayu yang juga banyak ditemukan di Pulau Penyengat. Selain karipap, Sobat Pesona juga harus mencicipi berbagai olahan ikan dan nasi, seperti nasi malaka dan nasi dagang.

Karena berada di kawasan pantai, Pulau Penyengat juga cocok banget buat kamu si pemburu senja. Momen matahari tenggelam di sini bahkan bisa dinikmati sejak pukul lima sore dengan latar lanskap ciamik dan pantulan cahaya di laut biru yang syahdu. Di sekitar tepi pantai juga ada para pedagang kaki lima yang menjajakan kudapan ringan.

Kembangkan Desa Wisata

wisata green energi penyengat
Plt Kadispar Kepri Luki Zaiman Prawira. Foto: Gokepri/Engesti

Program Desa Wisata dinilai efektif mengembangkan potensi pariwisata yang mendatangkan wisatawan. Di Kepri, Dinas Pariwisata setempat mendorong lebih banyak lagi desa pariwisata muncul. Dinas Pariwisata Kepri meminta Desa Wisata yang ada di kabupaten/kota lebih kreatif dan inovatif mengembangkan potensi di wilayah setempat.

Plt Kepala Dinas Pariwisata Kepri Luki Zaiman mengatakan hal itu perlu dilakukan untuk meningkatkan wisatawan ke Kepri melalui desa wisata. Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan stakeholder daerah agar pengembangan desa wisata bisa digesa.

***

Baca Juga: 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Pos terkait