Indonesia-Malaysia Berpotensi Kembangkan Industri Semikonduktor Bersama

Semikonduktor Indonesia Malaysia
Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Arif Havas Oegroseno (kiri) berbincang dengan sejumlah mahasiswa Indonesia usai memberikan kuliah umum di Management and Science University (MSU), Shah Alam, Selangor, Malaysia, Rabu (12/2/2025). . ANTARA FOTO/Virna Puspa Setyorini

SHAH ALAM, Malaysia (gokepri) – Indonesia menawarkan gagasan untuk memanfaatkan ekosistem manufaktur semikonduktor yang sudah ada di regional bersama-sama dengan Malaysia.

“Tadi saya menawarkan gagasan, hardware-nya ada di kita, raw mineral-nya ada di kita juga, talentanya juga ada di kita. Kita harus leverage itu,” kata Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno, Rabu (12/2/2025).

Havas mengatakan ada ekosistem manufaktur semikonduktor di kawasan ASEAN. Untuk Malaysia berlokasi di Johor dan Penang, ada Singapura, lalu di Indonesia ada di Batam dan Bintan.

“Jadi ini ekosistem. Yang datang dari pabrik berbagai belahan dunia ke Asia Tenggara dan semakin meningkat. Ini yang bisa kita kembangkan lagi di masa depan,” ujarnya.

Gagasan untuk mengembangkan ekosistem manufaktur semikonduktor di kawasan itu sudah sempat dibahas saat bertemu dengan Sekretaris Politik Senior Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Shamsul Iskandar. Mereka membahas apa yang ke depan bisa dikembangkan bersama, terutama dalam konteks Keketuaan ASEAN-Malaysia saat ini.

Dalam kuliah umum dengan ratusan peserta dari berbagai kalangan di Malaysia, dengan tema “the Muafakat Indonesia-Malaysia for Economic Growth and Security Stability of ASEAN in the Digital Age”, Havas mengatakan itu semua menjadi hal jangka panjang yang bisa dikembangkan dalam 5 hingga 10 tahun ke depan.

Penelitian dan pengembangan bersama dalam hal ekonomi digital dapat dilakukan dua negara. Dan ia mengatakan DeepSeek yang dikembangkan di China sangat menarik karena pada dasarnya open source.

Jika saja ada kompetisi atau kontes di antara pengembang dari Indonesia dan Malaysia, dengan pendanaan tertentu, pengembangan kecerdasan buatan tertentu atau sesuatu seperti DeepSeek dengan gaya Nusantara mungkin saja dikembangkan, ujar dia.

“Jika China dapat membuat DeepSeek, mungkin sudah saatnya kita berpikir mengapa kita tidak melakukan hal sama, karena ini teknologi open source bukan close technology,” kata Havas.

Ia mengatakan Indonesia dan Malaysia perlu mengelaborasi kolaborasi posisi strategis kedua negara, kekuatan ekonomi, kekuatan pada stabilitas politik, dan juga mempertimbangkan memiliki bahan dasar mineral. ANTARA

Baca Juga: Airlangga: RI Bakal Tarik Kembali Industri Semikonduktor dari Malaysia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Pos terkait