BATAM (Gokepri.com) – Pemulihan ekonomi global dan Indonesia mendorong bergeliatnya sektor perdagangan via kapal dan pelabuhan. Indikator positif ini turut mendorong peningkatan akvititas galangan kapal di Batam.
Lalu lintas kapal sepanjang Januari-Oktober 2022 di terminal khusus atau tersus Kota Batam meningkat 14 persen dibanding 2021. Jumlahnya 7.669 kapal, sepanjang tahun lalu hanya 6.717 kapal.
Sedangkan jika ukuran kapalnya adalah gross ton atau GT, indikatornya meningkat 32 persen dari 11,9 juta pada 2021 menjadi 15,7 juta GT untuk periode Januari-Oktober 2022. Berdasarkan data Badan Pengusahaan (BP) Batam, kota ini memiliki 154 terminal khusus. Peruntukan tersus ini mencakup galangan kapal, industri migas, logistik, dan konstruksi maritim.
Sementara volume bongkar muat peti kemas di kota ini juga dalam tren meningkat, menunjukkan sektor perdagangan di Batam menguat dan bergeliat. Pada 2021 meningkat 17,8 persen menjadi 611.192 TEUs.
Prospek Cerah
Industri galangan kapal di Batam optimistis prospek bisnisnya cerah melihat meningkatnya kebutuhan armada kapal. Ketua Batam Shipyard and Offshore Association (BSOA) Suri Teo mengungkapkan geliat sektor pertambangan mendorong peningkatan kebutuhan armada kapal yang diproduksi industri galangan kapal.
Ia melihat meningkatnya produksi dan permintaan bahan mineral dalam negeri seperti nikel, bauksit dan batu bara. Peningkatan produksi termasuk pembangunan smelter yang menyediakan peluang besar bagi sektor industri galangan kapal yang memproduksi kapal dan perawatan.
“Kita melihat dengan adanya smelter nikel di Kendari, Sumatera Utara dan juga smelter di Kepri di Bintan sehingga kebutuhan armada kapal meningkat,” ungkap Suri Teo di sela-sela pameran Indonesia Marine & Offshore Expo 2022 di Radisson Golf and Convention Center, Rabu 3 Agustus 2022. “(Prospek) ke depannya sangat positif.”
Sementara itu, berdasarkan data Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo), jenis lapal yang paling banyak diminta adalah kapal tunda dan tongkang yang biasa mengangkut hasil tambang.
Sekjen Iperindo Hilman Risan, mengungkapkan lonjakan permintaan komoditas seperti baru bara, nikel, alumunium dan minyak sawit mentah, membuat jumlah pesanan produksi kapal barang melejit hingga dua kali lipat.
Ia menyebut mayoritas kapal pengangkut komoditas diproduksi oleh galangan kapal yang berada di Batam dan Samarinda. Jumlah permintaan yang tinggi membuat jadwal produksi dan perawatan kapal (docking) di Batam dan Samarinda habis dipesan hingga dua tahun ke depan. “Jika satu galangan bisa menangani 10 kapal per tahun, mereka menjadwalkan kegiatan hingga tahun depan karena sudah fully-booked,” ujar Hilman.
Berdasarkan data Aliansi Gerakan Kebangkitan Industri Maritim (AGKIM) Batam, tren industri maritim termasuk galangan kapal di Batam mengalami peningkatan hingga 498 persen dalam selama periode April 2021 hingga April 2022.
Penguatan itu juga didukung data perdagangan di sektor maritim dengan peningkatan layanan ship to ship (STS) atau alih muat barang dari kapal ke kapal di Batam yang meroket 757 persen selama Januari hingga September 2022.
“Industri galangan kapal setiap tahunnya selalu bertumbuh dan berkembang secara signifikan. Hal ini dipicu dari iklim investasi yang aman dan nyaman sehingga mampu menarik investor dari berbagai negara dan sektor untuk beroperasi di Kota Batam,” ungkap Ketua AGKIM Batam, Osman Hasyim, di bilangan Batam Center, Rabu 16 November 2022.
Osman menilai kontribusi sektor industri maritim khususnya galangan kapal memberikan nilai tambah dalam pertumbuhan ekonomi nasional maupun Provinsi Kepulauan Riau khususnya Kota Batam.
Baca Juga: Pariwisata Bali setelah Tertatih-Tatih
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Penulis: Candra Gunawan