Awalnya, tak ada yang mengira Hardi Hood terjun ke gelanggang pemilihan walikota-wakil walikota Batam. Sekarang ia berada di panggung pilkada. Bermodal pengalaman pernah jadi senator dan kepedulian terhadap pendidikan dan seni.
Penulis: Muhammad Ravi
Manuver PDIP setelah putusan MK menjadi penentu nasib Nuryanto dan Hardi Hood dalam pilkada Batam. Kemunculan mereka disambut riang gembira saat pendaftaran.
Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menurunkan ambang batas pencalonan kepala daerah telah mengubah konstelasi politik di berbagai daerah, termasuk di Kota Batam. Aturan baru ini membuka jalan bagi partai-partai politik untuk mengusung calon. Salah satu langkah yang mengejutkan datang dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), yang memutuskan untuk mengusung kadernya, Nuryanto, sebagai calon walikota. Rekomendasinya terbit sehari sebelum pendaftaran dibuka.
Nuryanto, yang akrab disapa Cak Nur, akan didampingi oleh Hardi Selamat Hood, seorang politisi senior dari Kepulauan Riau (Kepri). Pasangan ini juga didukung oleh Partai Buruh dan Partai Gelora. Hardi Selamat Hood, yang merupakan salah satu dari enam bersaudara Hood, menyatakan kesiapan keluarganya dengan penuh semangat.
“Keluarga Hood siap. Robin Hood di mana-mana harus siap,” ujar Hardi setelah resmi mendaftar di KPU Batam pada Kamis (29/8) kemarin.
Baca: Nuryanto-Hardi Hood Deklarasi, Berakhirnya Skenario Kotak Kosong di Pilkada Batam
Hardi Selamat Hood, lahir di Sungai Ungar, Tanjung Batu Kundur, Kepri pada 6 Maret 1963, bukan nama baru dalam kancah politik di Kepulauan Riau. Setelah menyelesaikan pendidikan di IKIP Bandung pada tahun 1990, Hardi telah meraih berbagai pencapaian dalam organisasi dan pemerintahan. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Hipmi Riau dan terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI untuk Provinsi Riau pada periode 2009-2014 dan 2014-2019, dengan perolehan suara mencapai 93.170.
Selain kiprahnya di dunia politik, Hardi dikenal memiliki minat yang mendalam dalam seni, terutama sastra. Adik kandungnya, Husnizar Hood, mengingat masa kecil mereka yang dipenuhi dengan karya seni dan puisi.
“Bang Hardi sudah mulai menulis puisi sejak SMA di Tanjungpinang. Dia bahkan mengirimkan buku-buku puisi ke saya di kampung,” kenang Husnizar.
Ketertarikan Hardi terhadap seni tak lepas dari pengaruh ayah mereka, yang merupakan seorang kepala desa dan pengelola seni di kampungnya. Kecintaan terhadap seni ini menurun ke anak-anaknya, termasuk Hardi dan Husnizar, yang kemudian tumbuh menjadi penulis dan seniman.
Setelah lulus dari IKIP Bandung, Hardi memilih untuk kembali ke Tanjungpinang dan beralih fokus dari seni ke dunia pendidikan dan politik. Husnizar menilai, “Bang Hardi memang punya kemampuan akademik yang tinggi. Dia punya wawasan yang hebat dalam dunia pendidikan.”
Fokus Hardi pada pendidikan terbukti dari gelar PhD yang diraihnya serta keterlibatannya dalam berbagai organisasi pendidikan di Batam. Terkenal sebagai sosok yang berpikir selangkah lebih maju, Hardi telah membuat berbagai langkah mengejutkan yang menjadikannya panutan bagi adik-adiknya tapi juga banyak orang di sekitarnya.
“Dia sering punya ide yang harus kami ikuti dari belakang karena dia lebih dulu berpikir,” tambah Husnizar.
Hardi Selamat Hood kini memasuki arena Pilkada Batam dengan membawa pengalaman politik dan pendekatan akademis yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun. Di tengah ketatnya konstelasi politik Batam, Hardi tetap berpegang pada prinsip dan pandangan yang menjadi dasar perjuangannya.
Dalam keluarga, Hardi dikenal sebagai pribadi yang hangat dan akrab dengan saudara-saudaranya. Meskipun memiliki jalan hidup yang berbeda, mereka selalu menjaga kebersamaan.
“Kami selalu punya grup WA keluarga, dan di situ kami sering menertawakan hidup ini, menganggapnya sebagai panggung tempat kita bercanda.”
Dari seorang penyair muda hingga politisi senior, Hardi Selamat Hood menunjukkan bahwa kombinasi seni, pendidikan, dan politik dapat menjadi fondasi yang kuat untuk pengabdian kepada masyarakat. Sosoknya yang komprehensif menjadikannya kandidat yang layak diperhitungkan dalam Pilkada Batam dan kancah politik di Kepulauan Riau.
Baca: Kans Rudi-Aunur Dikepung Poros Golkar-Gerindra
Cak Nur vs Amsakar
Nuryanto dan Hardi Selamat Hood mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Batam pada hari terakhir pendaftaran, Kamis 29 Agustus 2024.
Diusung PDIP, Partai Gelora dan Partai Buruh, Nuryanto-Hardi mencalonkan diri sebagai calon walikota-wakil walikota Batam dalam pilkada 2024. Mereka menjadi pasangan kedua yang mendaftar setelah Amsakar Achmad-Li Claudia Chandra. Amsakar-Li daftar ke KPU pada hari pertama.
Atas restu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Nuryanto akhirnya memilih terjun ke gelanggang pemilihan walikota Batam. Cak Nur siap jika harus melepas kursi DPRD Batam yang sudah ia jabat selama empat periode.
Lewat dua rekaman suara, Ketua DPC PDIP Batam Nuryanto menjawab pertanyaan yang dilayangkan gokepri via Whatsapp, Selasa siang, 27 Agustus 2024. Pertanyaannya ihwal benarkah ia sudah diusung partainya maju ke pilkada Batam. Langkah PDIP ini akan mengubah peta politik pilkada di Batam yang sebelumnya dikuasai gabungan parpol pendukung Amsakar Achmad-Li Claudia Chandra.
Jawaban Nuryanto mengamini informasi yang ramai beredar sejak Selasa pagi. PDIP mengusung kadernya sendiri, Nuryanto, bersama mantan senator Kepri, Hardi Hood, untuk melawan Amsakar-Li Claudia. Menuru sumber gokepri, ada beberapa nama yang diperhitungkan PDIP. Mereka adalah Ketua DPW Gelora Kepri Abdul Rachmad LC, Irwansyah, Sirajuddin Nur dan Hardi Hood. Nama sempat mengerucut ke satu nama, Irwansyah namun pada Selasa pagi berubah menjadi Hardi Hood.
“Mohon doa restunya. Alhamdulillah,” ujar Nuryanto yang akrab disapa Cak Nur.
Ia lalu menerangkan soal kesiapannya maju ke gelanggang kompetisi walikota Batam. Menurut Nuryanto, dalam setiap kompetisi, baik itu pertandingan atau pemilihan demokratis, kekalahan dan kemenangan adalah risiko yang harus diterima. Ia menjelaskan bahwa sebagai seorang peserta dan petarung, prinsip hidupnya adalah selalu siap menghadapi kemungkinan terburuk terlebih dahulu.
“Jika kita sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk, insya Allah kita akan lebih siap ketika menerima hasil yang baik, seperti kemenangan. Mental harus dipersiapkan, baik untuk kemungkinan terburuk maupun ketika kita mencapai kemenangan,” katanya.
Maju ke pentas pilkada membuat Cak Nur harus memilih. Sesuai aturan, ia harus melepas jabatannya sebagai anggota DPRD Batam. Ia menyatakan siap mundur demi mengikuti kontestasi pilkada. “Sudah menjadi konsekuensi. Karena kami ini petarung,” kata dia.
Cak Nur juga mengungkapkan ia berpasangan dengan Hardi Selamat Hood untuk bertarung di Pilkada Batam. Keputusan ini diambil berdasarkan hasil pleno internal DPP PDIP.
“Saya baru saja menerima rekomendasi dari pleno, bahwa saya akan berpasangan dengan Pak Hardi,” katanya.
Nuryanto-Hardi akan membangun koalisi dengan beberapa partai nonparlemen seperti Partai Gelora dan Partai Buruh. “Kami akan mempersiapkan konsolidasi dan kegiatan lainnya. Ada komunikasi yang aktif dengan berbagai pihak, termasuk partai-partai nonparlemen seperti Gelora dan Buruh,” ujarnya.
Paslon baru ini muncul tiga hari jelang pendaftaran ditutup. Diusung PDIP, Nuryanto-Hardi akan bersaing dengan Amsakar Achmad-Li Claudia Chandra yang diusung 11 partai di KIM Plus, gabungan parpol pendukung pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
Nuryanto adalah Ketua DPC PDIP Batam dan Ketua DPRD periode 2019-2024. Ia pernah bertarung dalam pilkada Batam sebagai calon wakil walikota Batam bersama Nada Faza Soraya pada pilkada 2010.
Dengan diusungnya Nuryanto-Hardi, pilkada Batam tak ada kemunculan kotak kosong. Mereka akan bersaing dengan Amsakar Achmad-Li Claudia Chandra yang diusung koalisi gemuk 11 partai yang tergabung dalam KIM Plus, partai pendukung pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Mayoritas partai peraih kursi DPRD Batam ada di belakang Amsakar-Li.
Peta baru pilkada Batam ini muncul setelah putusan MK yang mengubah konstelasi. Amsakar-Li Claudia sebelum putusan nomor 60 itu terbit, berpeluang besar menjadi calon tunggal dan tak ada lawan.
Baca: Strategi Borong Partai, Sinyal PDIP Melawan Arus
PDIP yang menjadi satu-satunya partai peraih kursi yang tidak diajak koalisi besar Amsakar-Li Claudia, memungkinkan mengusung calonnya sendiri. Perolehan suara PDIP 83.601 (13,53%), memenuhi syarat ambang batas putusan MK nomor 60.
11 parpol peraih kursi yang mengusung Amsakar-Li yakni PKB, Gerindra, Golkar, Nasdem, PKS, PKN, Hanura, PAN, Demokrat, PPP dan PSI. Gabungan total suara mereka mencapai 508.434 atau mencapai 82,26%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News