EKSPOR KEPRI: Mesin dan Elektronik Masih Jadi Andalan

pelayaran langsung batam china
Seremoni pengapalan perdana ekspor Batam ke China di Pelabuhan Peti Kemas Batu Ampar, Minggu 31 Maret 2024. Foto: Dok. BP Batam

BATAM (gokepri) – Kinerja perdagangan Kepri pada Agustus 2024 mencatat surplus sebesar US$280,81 juta. Ekspor nonmigas manufaktur mendominasi, sementara Amerika menjadi negara tujuan ekspor terbesar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri, ekspor meningkat sebesar 3,40% dibandingkan Juli 2024, sementara impor turun 6,60%. Secara nominal, nilai ekspor Kepri mencapai US$1,69 miliar, sementara impor sebesar US$1,41 miliar. Dengan demikian, terjadi surplus sebesar US$280,81 juta atau setara Rp4,38 triliun.

Bacaan Lainnya

Kepala BPS Kepri, Margaretha Ari Anggorowati, menjelaskan ekspor Kepri pada Agustus 2024 mengalami pertumbuhan positif. “Kenaikannya sebesar 3,40%, di mana ekspor Kepri didominasi oleh ekspor nonmigas yang berkontribusi 82,36%, sedangkan ekspor migas sebesar 17,64%,” ujarnya pada Rabu (9/10/2024).

Margaretha juga memaparkan bahwa ekspor migas pada Agustus 2024 sebesar US$237,68 juta atau naik 14,64% dari Juli 2024, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$1,46 miliar naik 1,78%.

Komoditas mesin dan peralatan listrik menjadi ekspor nonmigas terbesar, dengan total nilai sepanjang Januari-Agustus 2024 mencapai US$4,66 miliar, diikuti oleh ekspor produk besi dan baja senilai US$1,7 miliar. “Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor nonmigas terbesar dari Kepri sepanjang Januari-Agustus 2024, dengan nilai US$2,65 miliar atau sekitar 25,55% dari total ekspor,” tambah Margaretha.

Singapura, yang biasanya menjadi tujuan ekspor utama Kepri, berada di posisi kedua dengan nilai ekspor sebesar US$2,2 miliar atau sekitar 21,20%. Sementara itu, Australia berada di posisi ketiga dengan nilai ekspor US$1,17 miliar dan kontribusi 11,31%.

Terkait impor, Kepri mencatat penurunan sebesar 1,73%, terutama disebabkan oleh penurunan impor migas dan nonmigas. Impor migas pada Agustus 2024 tercatat sebesar US$168,81 juta, turun 11,55%, sementara impor nonmigas mencapai US$1,25 miliar turun 5,89%.

“China menjadi negara importir terbesar dengan nilai impor nonmigas sebesar US$429,46 juta, turun 8% dibandingkan Juli 2024. Impor migas dari Singapura pada Agustus 2024 juga turun sebesar 18,85% menjadi US$86,72 juta,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Bidang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia, Tjaw Hioeng, menilai kinerja ekspor-impor Kepri terus menunjukkan pertumbuhan yang positif.

“Ini artinya kinerja perdagangan Kepri terus mencatat surplus. Dengan demikian, supply chain dalam negeri mulai terbentuk,” ujarnya.

Meski demikian, Tjaw menilai untuk mengurangi ketergantungan pada impor, masih diperlukan waktu yang panjang. “Tidak bisa setahun atau dua tahun, karena perlu pembenahan mendalam terhadap iklim investasi dalam negeri,” paparnya.

Baca: Ekspor Pasir Laut, Nelayan Kepri Desak Kejelasan Aturan Main

Tjaw juga menyebutkan industri energi baru dan terbarukan (EBT) di Batam tengah berkembang. Namun, rantai pasok industri EBT belum terbentuk dengan baik di dalam negeri.

“Kita membutuhkan industri pendukung untuk menopang industri EBT. Sebagai contoh, di Batam sudah ada produksi energi terbarukan, namun banyak komponen seperti solar PV masih harus diimpor,” pungkasnya. BISNIS INDONESIA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Pos terkait