BATAM (gokepri) – Seperti Hillary Clinton pada Pemilu 2016, Kamala Harris gagal menjadi perempuan pertama yang menjadi presiden Amerika Serikat. Sebaliknya, Donald Trump kembali menjadi presiden Amerika Serikat setelah sebagai petahana pada Pemilu 2020 kehilangan kursi akibat kalah dari Joe Biden.
Sampai pukul 17.30 WIB, berdasarkan perhitungan suara yang dipublikasikan Associates Press, Trump sudah mendapatkan 277 electoral vote dari 27 negara bagian. Itu melebihi minimal 270 electoral vote untuk bisa disebut sebagai pemenang Pemilu.
Harris sendiri baru memperoleh 224 electoral vote dari 18 negara bagian.
Trump menyapu hampir semua negara bagian suara mengambang, termasuk Georgia, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin. Dia juga di ambang memenangkan Michigan, Nevada, Arizona dan Alaska.
Harris diproyeksikan mendapatkan tambahan 4 electoral vote dari Maine sehingga diprediksi mengumpulkan total 228 electoral vote.
Dengan semua fakta itu, maka Trump dipastikan menjadi presiden AS kedua setelah Grover Cleveland pada 1888, yang terpilih lagi setelah kehilangan jabatan akibat kalah dalam pemilu berikutnya.
Baca: PILPRES AS: Berapa Gaji dan Tunjangan Presiden Amerika Serikat?
Dia juga mantan presiden AS ketujuh yang maju mencalonkan diri lagi setelah kalah pada pemilu berikutnya.
Enam orang lainnya adalah Martin van Buren, Millard Filmore, Ulysses S. Grant, Grover Cleveland, Theodore Roosevelt, dan Herbet Hoover.
Hanya Cleveland dan Trump yang sukses menduduki lagi jabatannya, sedangkan lima lainnya gagal, termasuk Theodore Roosevelt yang mencalonkan diri lagi walau sudah dua kali menjabat.
Sepupu Theodore Roosevelt, Franklin Delano Roosevelt, menjadi satu-satunya presiden AS yang memerintah selama tiga periode.
Tapi setelah amandemen yang diratifikasi pada 1951, masa jabatan presiden AS dibatasi sampai dua masa jabatan.
Berbeda dari Cleveland saat memenangkan lagi Pilpres 1888, kemenangan Trump pada Pemilu 2024 adalah kemenangan yang terbilang mutlak.
Dia tak saja unggul dalam electoral vote, tapi juga mengungguli Kamala Harris dalam jumlah pemilih (popular vote).
Mengutip Associated Press, sampai pukul 17.30 WIB, dukungan suara untuk Trump sudah mencapai 70,8 juta, sedangkan Kamala Harris memperoleh 65,9 juta.
Kemenangan paripurna
Trump juga bakal menjalani masa pemerintahan yang lebih mulus dibandingkan masa jabatan pertamanya pada Januari 2017-Januari 2021.
Ini karena kemenangannya dalam menduduki lagi takhta Gedung Putih, dibarengi dengan sukses Partai Republik dalam memenangkan kursi mayoritas di parlemen, baik majelis rendah (Dewan Perwakilan Rakyat) maupun majelis tinggi (Senat).
Sampai pukul 17.30 WIB, Republik telah mendapatkan minimal 51 kursi Senat yang memastikan mereka menjadi mayoritas di majelis tinggi.
Baca: Joe Biden Mundur dari Pilpres AS, Kamala Harris Siap Maju
Dominasi itu kemungkinan besar diikuti dominasi di DPR. Republik tinggal 18 kursi lagi untuk menguasai kursi mayoritas DPR.
Kabar positif di sisi legislatif ini membuat Trump berbesar hati oleh bayangan pemerintahannya nanti akan lebih mulus karena relatif tak diganggu parlemen.
Di AS, anggota DPR dipilih setiap dua tahun. Dua tahun ke depan AS menggelar lagi pemilu yang lazim disebut midterm election atau “pemilu sela”.
Pemilu sela juga diadakan untuk memilih sejumlah senator yang tak dipilih dalam pemilu serentak, seperti Pemilu 2024.
Pemilu 2024 juga memilih 12 dari total 50 gubernur.
Sembilan pemilihan gubernur dimenangkan oleh Republik, sedangkan Demokrat meloloskan tiga calon.
Sapu bersih eksekutif dan legislatif ini menunjukkan Trump dan Partai Republik telah mementahkan berbagai jajak pendapat sebelum Pemilu 2024 yang menyatakan pemilu kali ini bakal ketat.
Yang justru terjadi, Trump unggul jauh dari Kamala Harris baik dari electoral vote maupun popular vote.
Performa Harris terlihat lebih buruk ketimbang Hillary Clinton yang walau kalah electoral vote, perempuan pertama yang menjadi calon presiden AS itu mendapatkan dukungan popular vote yang lebih besar ketimbang Trump.
Hillary kalah dari Trump setelah mendapatkan 227 electoral vote, sedangkan Trump memperoleh 304 electoral vote.
Tapi dia didukung oleh 65,85 juta pemilih, atau tiga juta lebih banyak dari pendukung Trump yang mencapai 62,98 juta suara.
Tantangan tapi lebih ringan
Kenyataan-kenyataan ini menunjukkan hasil Pemilu 2024 menampar Partai Demokrat. Mereka kalah segalanya.
Tetapi pemilu 2024 juga menunjukkan Amerika Serikat belum siap dipimpin oleh seorang perempuan.
Sebelum pemungutan suara 5 November, sebagian besar jajak pendapat sudah menyatakan mayoritas pemilih pria condong memilih Trump.
Baca: Joe Biden Menangi Pemilu AS, Trump Lontarkan Kritik
Kini, seperti saat mengalahkan Hillary Clinton, Trump mulus memenangkan Pemilu 2024.
Kendati demikian, Trump tetap bakal menghadapi tantangan dalam menjalankan pemerintahannya, sekalipun mungkin lebih ringan dibandingkan dulu.
Mengutip laman donaldjtrump.com, pengusaha yang beralih menjadi politisi itu menjanjikan 15 hal, yang harus dia buktikan pada empat tahun terakhir periode pemerintahannya.
Ke-15 tema itu adalah membangun kembali perekonomian AS sampai yang terbesar sepanjang masa, perdagangan yang adil bagi pekerja Amerika, merengkuh kembali dominasi AS dalam energi, mengamankan perbatasan serta merebut kembali kedaulatan nasional.
Kemudian, memerangi kartel pengedar narkotika, menekan kriminalitas dan memulihkan keamanan, memperbarui kepemimpinan Amerika di dunia, menolak globalisme dan sebaliknya merangkul patriotisme.
Lalu, melindungi para veteran Amerika, melindungi hak orang tua, menjunjung hukum dan kebebasan, mengakhiri sensor dan merebut kembali kebebasan berbicara, menegakkan pemilu yang jujur, memberantas korupsi di pemerintahan pusat, dan menyediakan layanan perlindungan kesehatan yang lebih baik nan lebih murah.
Mampukah Trump membuktikan semua janjinya itu? Bisakah dia membentuk kabinet yang tidak gaduh seperti pada masa jabatan pertamanya? Apakah dia akan memimpin AS dengan gaya sama seperti dulu, termasuk kala berhubungan dengan dunia?
Seharusnya dengan dukungan solid di legislatif, ditambah lembaga yudikatif di mana enam dari sembilan hakim Mahkamah Agung adalah hakim-hakim konservatif, Trump tak kesulitan mewujudkan janji-janjinya.
Jika dia memerintah dengan pendekatan seperti pada masa jabatan pertamanya, maka pendulum mungkin berubah lagi. Akibatnya dua tahun nanti, dalam Pemilu Sela 2026, menjadi momen penghakiman untuk Trump.
Jika dia berhasil memuaskan sebagian besar rakyat AS, maka legislatif tetap digenggam Republik sehingga pemerintahannya tuntas tanpa guncangan keras.
Sebaliknya, jika tidak berhasil memuaskan sebagian besar rakyat, maka dua tahun terakhir pemerintahannya bisa penuh gejolak seperti terjadi lima atau enam tahun silam.
Tapi apa pun itu, Donald Trump layak diselamati karena telah memenangkan pemilu, yang merupakan proses politik paling layak dalam menentukan kepemimpinan nasional. ANTARA/REUTERS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News