Singapura Bangun Pembangkit Hidrogen-Gas di Pulau Jurong, Beroperasi 2029

Pembangkit Hidrogen Gas
Rumah susun di Singapura. Foto: STRAITS TIMES

SINGAPURA (gokepri) – Pembangkit Listrik berbahan bakar gas alam yang bisa menggunakan hidrogen akan dibangun di Pulau Jurong, Singapura. Proyek senilai USD1 miliar ini dikerjakan oleh PacificLight Power, perusahaan listrik setempat, dan ditargetkan beroperasi pada 2029.

PLTG ini akan menjadi yang terbesar dan tercanggih di Singapura. Dengan kapasitas minimal 600MW, listrik yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 864.000 rumah susun empat kamar selama setahun. Saat beroperasi, pembangkit ini akan menggunakan campuran 30 persen hidrogen (bahan bakar lebih bersih) dan 70 persen gas alam.

Namun, ke depannya, PLTG ini dirancang bisa beroperasi sepenuhnya memakai hidrogen, sejalan dengan target emisi nol bersih sektor ketenagalistrikan.

Menurut PacificLight, pembangkit mereka akan menjadi yang terbesar dari sembilan PLTG siap hidrogen yang ditargetkan Singapura pada 2030.

PLTG ini akan menjadi yang pertama dilengkapi dengan sistem penyimpanan energi berbasis baterai berskala besar. Fungsinya untuk menyimpan listrik saat permintaan rendah dan digunakan saat permintaan tinggi.

Total biaya proyek diperkirakan USD1 miliar, termasuk pembangunan pembangkit, sistem baterai, dan infrastruktur terkait. Biaya ini akan dikeluarkan selama tiga tahun masa konstruksi.

Lokasi pembangunan PLTG belum sepenuhnya siap dan saat ini sedang dalam tahap penilaian dampak lingkungan.

PacificLight menyebutkan lokasi mereka di Pulau Jurong cukup luas untuk menampung unit turbin gas kedua di masa depan. Bahkan, lokasi ini berpotensi terintegrasi dengan teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon.

“Komitmen ini menunjukkan tekad PacificLight Power untuk menggunakan solusi inovatif yang meningkatkan stabilitas sistem sekaligus mengurangi biaya operasional dan dampak lingkungan,” kata perusahaan itu dalam pernyataannya.

Baca Juga:
Batam-Bintan Masuk Lokasi Pengembangan Hidrogen Hijau

Saat ini, Singapura masih mengandalkan gas alam untuk sebagian besar kebutuhan listriknya. Namun, untuk mencapai target zero emisi, negara ini perlu beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Hidrogen dinilai sebagai bahan bakar yang lebih bersih karena tidak menghasilkan gas karbon dioksida saat dibakar.

Kebutuhan listrik Singapura diperkirakan meningkat seiring pertumbuhan industri digital dan penggunaan kendaraan listrik. Energy Market Authority (EMA) memprediksi beban listrik puncak Singapura akan naik minimal 3,7 persen dalam enam tahun ke depan, mencapai antara 10,1GW hingga 11,8GW pada 2030.

Untuk memenuhi lonjakan permintaan dan menjaga keandalan sistem tenaga listrik, EMA menyatakan perlu adanya tambahan kapasitas pembangkit listrik pada 2029.

Sejak 2024, semua pembangkit listrik tenaga gas alam baru harus kompatibel minimal 30% dengan hidrogen.

Selain proyek PacificLight, ada beberapa pembangunan PLTG siap hidrogen lainnya di Singapura. YTL PowerSeraya tengah membangun pembangkit bernilai USD800 juta yang kompatibel hingga 50 persen dengan hidrogen, ditargetkan selesai pada 2027.

Baca Juga:
PLN Batam Berencana Kembangkan Hidrogen sebagai Sumber Energi Listrik

Beberapa perusahaan lain seperti Sembcorp, Meranti Power, dan PacificLight Power juga sedang mengerjakan lima proyek PLTG lainnya. Empat di antaranya adalah pembangkit “fast start” berkapasitas 100MW milik Meranti dan PacificLight yang akan beroperasi pada 2025 untuk mengatasi kekurangan listrik mendadak.

Keppel Infrastructure juga membangun PLTG siap hidrogen di Pulau Jurong, yakni Keppel Sakra Cogen Plant. Proyek ini diperkirakan selesai pada paruh pertama 2026.

Pembangunan PLTG Keppel sempat dikritik komunitas lingkungan karena dinilai kurang memperhatikan dampak terhadap keanekaragaman hayati darat pada laporan penilaian dampak lingkungan di 2023. STRAITS TIMES

Cek Berita dan Artikel yang lain diĀ Google News

Pos terkait