BATAM (gokepri) – Investasi terus mengalir deras ke Batam, tapi angka pengangguran di kota industri itu tetap tinggi. Kepala BP Batam, Amsakar Achmad, menyebut kondisi ini sebagai paradoks ekonomi yang mengkhawatirkan karena pertumbuhan tak sebanding dengan penyerapan tenaga kerja.
“Ini ironi sebenarnya, dan saya tidak malu mengatakannya,” ujar Amsakar dalam jumpa pers di Batam Center, Senin, 7 Oktober 2025. Ia menekankan, peningkatan investasi semestinya berdampak langsung pada kesejahteraan warga, bukan sekadar menambah angka statistik ekonomi.
Ekonomi Batam tumbuh 6,66 persen pada semester pertama 2025, melampaui rata-rata nasional. Realisasi investasi pun terus meningkat dan menjadi motor utama pertumbuhan daerah. Namun, menurut Amsakar, sebagian besar investasi yang masuk bersifat padat modal—mengandalkan teknologi dan modal besar tetapi hanya sedikit menyerap tenaga kerja.
Sebaliknya, investasi padat karya yang berpotensi membuka banyak lapangan kerja masih terbatas dan belum menimbulkan efek berantai terhadap sektor UMKM maupun ekonomi rakyat. “Ini pekerjaan besar yang harus kami selesaikan,” kata Amsakar.
Tantangan lain datang dari arus migrasi masuk ke Batam yang terus meningkat setiap tahun. Banyak pendatang datang tanpa keterampilan yang sesuai kebutuhan industri, sehingga memperbesar angka pengangguran. “Kalau tidak punya skill, jangan berbondong-bondong ke Batam,” ujar Amsakar. “Salah satu penyebab tingginya pengangguran adalah pencari kerja tanpa kompetensi.”
Untuk jangka panjang, pemerintah daerah menyiapkan strategi melalui penguatan pendidikan vokasi. Pemerintah Provinsi Kepri tengah mendorong transformasi dari sekolah umum ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbasis link and match antara dunia pendidikan dan industri. “Kalau sistem ini berjalan, investasi yang masuk bisa langsung tersambung dengan tenaga kerja lokal yang siap pakai,” katanya.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan tingkat pengangguran terbuka di Kepulauan Riau pada Agustus 2023 sebesar 6,80 persen, dengan Batam sebagai penyumbang tertinggi, yakni 8,14 persen.
Amsakar menegaskan keberhasilan pembangunan Batam tak bisa hanya diukur dari besarnya investasi, tetapi dari seberapa besar dampaknya terhadap warga. “Bukti nyata bukan angka investasi besar, tapi ketika banyak warga Batam bisa bekerja layak dan menikmati pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Baca Juga:
- Bagaimana Industri Hulu Migas Menggerakkan Ekonomi Kepri
- PKS Kritik Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Batam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News






