Batam (gokepri.com) – Angka kasus harian Covid-19 Batam memecahkan rekor dalam tiga hari berturut-turut pada pertengahan Juli 2021. Gerakan wajib memakai masker dinilai terbukti dapat memperlambat penyebaran Covid-19.
Rekor terbaru terjadi 16 Juli dengan 417 kasus baru positif Covid-19 dan 12 orang meninggal dalam sehari. Terdiri dari 307 kasus bergejala, 77 tanpa gejala, 2 perjalanan impor, 30 konfirmasi kontak, dan 1 tanpa kontak erat.
Penambahan tersebut menjadikan angka positif Covid-19 mencapai 18.292 kasus. Sebanyak 15.010 di antaranya sembuh, 428 meninggal, dan 2.854 atau 15,60 persen kasus aktif.
Esoknya, 17 Juli, kasus harian bukannya menurun, tapi kembali melonjak dengan 495 kasus baru dan 12 orang meninggal dalam sehari. Terdiri dari 285 kasus bergejala, 181 tanpa gejala, 6 impor, 22 kontak, dan 1 kontak erat.
Puncak kasus terjadi pada 18 Juli dengan 523 kasus baru dan 12 orang meninggal dalam sehari. Dengan tambahan tersebut, total angka positif Covid-19 di Batam mencapai 19.310 kasus. Sebanyak 15.551 di antaranya sembuh, 449 meninggal, dan 3.310 atau 17,14 persen kasus aktif.
Ketua Bidang Kesehatan Gugus Tugas Covid-19 Batam, Didi Kusmarjadi, mengatakan kenaikan jumlah kasus baru tersebut sehubungan adanya penurunan tingkat kedisiplinan masyarakat. Terutama dalam penerapan protokol kesehatan di berbagai aktivitas sehari-hari.
“Sehingga hal ini memungkinkan terjadi pertumbuhan kembali kasus Covid-19 yang berkaitan dengan berbagai cluster ataupun kasus baru yang terjadi baik dari transmisi lokal maupun impor,” sebutnya dalam keterangan tertulisnya.
Setelah puncak kasus tersebut, perlahan kasus harian Covid-19 Batam cenderung menurun. Pada Senin (2/8/2021), penambahan kasus baru hanya 207 kasus dengan 5 pasien meninggal. Kasus aktif menurun tinggal 2.308 orang sedang dirawat atau sekitar 9,77 persen dari total 23.617 kasus positif Covid-19.
Wajib Pakai Masker
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Reisa Broto Asmoro, menganjurkan Gerakan Semua Wajib Pakai Masker atau Universal Masking karena terbukti dapat memperlambat penyebaran Covid-19. Dokter Reisa menyebut bahwa penelitian Dokter Derek Chu dan koleganya yang diterbitkan pada 1 Juni 2020 menyatakan risiko tertular percikan air atau yang kita kenal sebagai droplet dari orang lain dan masuk ke mulut atau hidung kita turun 45% dengan memakai masker kain.
“Dan apabila memakai masker bedah, risiko makin turun ke tingkat 70%. Terbukti efektif kan?” terang Dokter Reisa.
Dalam rangka melawan varian Delta yang lebih mudah dan cepat menular, maka pemerintah sudah melakukan peningkatan upaya melindungi diri dari penularan Covid-19. Salah satunya adalah dengan menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sebagai upaya menurunkan mobilitas dan menekan kontak antara orang dengan orang.
Bersamaan dengan PPKM, Pemerintah Indonesia juga menyarakan dimulainya kebiasaan memakai dua atau pakai masker ganda (double masking). Pemakaian masker dobel ini artinya memadukan masker bedah dilapisi dengan masker kain.
“Gunanya? Filtrasi atau daya saring masker akan semakin tinggi/ Penelitian Dr. Emily Sickbert Bennet dkk, membuktikan filtrasi masker dobel naik diatas 80%,” ujar Dokter Reisa.
Dokter Reisa juga menambahkan bahwa penelitian penggunaaan masker kain dan masker medis secara bersamaan juga di konfirmasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC di Amerika Serikat. Lembaga yang berpusat di Atlanta tersebut melakukan eksperimen untuk mencari cara meningkatkan efektivitas pemakaian masker medis, termasuk memasang masker kain di atas masker medis.
Eksperimen ini menyoroti pentingnya memaksimalkan fungsi masker menutupi bagian hidung dan mulut. Hasilnya menunjukkan bahwa mengenakan masker yang pas di wajah dapat membantu membatasi penyebaran virus penyebab COVID-19.
Meski masker medis secara substansial mengurangi tetesan droplet, namun pemakaian yang lebih erat dan pas di wajah, tanpa ada ruang yang terbuka, akan membuat partikel aerosol yang mungkin ada pada saat berada di ruang tertutup dengan orang lain dapat tertahan masker kain.
Penelitian CDC tersebut menunjukkan bahwa masker medis memang ditemukan lebih longgar daripada masker respirator seperti N95, namun efektivitas masker kain dan prosedur medis dapat ditingkatkan dengan memastikan bahwa masker tersebut dipasang dengan baik, sesuai kontur atau bentuk wajah pemakai untuk mencegah kebocoran udara di sekitar tepi masker.
Penelitian CDC menemukan bahwa mengenakan masker kain di atas masker medis atau penunggunaan masker ganda dapat meningkatkan kesesuaian masker medis di wajah dan mengurangi paparan penerima terhadap aerosol dan partikel droplet dengan ukuran kecil yang dianggap faktor utama penularan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
“Penelitian tersebut menyatakan bahwa paparan penerima berkurang secara maksimal, lebih dari 95% ketika sumber dan penerima dilengkapi dengan masker ganda,” Dokter Reisa mengutip hasil penelitian CDC tersebut.
Temuan lainnya, tambah Dokter Reisa, ialah bahwa mengikat tali masker medis dengan bentuk simpul dan meratakan masker medis mengikuti bentuk wajah.
CDC juga menyatakan bahwa sampai dengan kekebalan populasi yang karena program vaksinasi tercapai, Universal Masking adalah cara yang sangat efektif untuk memperlambat penyebaran SARS-CoV-2.
Apabila dikombinasikan dengan tindakan perlindungan lainnya, seperti menjaga jarak aman sekitar dua meter dari orang lain di tempat umum, menghindari keramaian atau kerumunan terutama di ruang tertutup yang ventilasinya tidak baik, mengurangi bepergian keluar rumah atau menurunkan mobilitas, dan rajin mencuci tangan sesering mungkin sehingga terjaga selalu kebersihannya, maka, upaya inovatif memakai masker ganda akan mendatangkan banyak manfaat menurunkan jumlah kasus harian.
Hanya saja, perbedaannya adalah kalau kekebalan kelompok dapat dicapai dengan cakupan vaksinasi lebih dari 70% populasi, Universal Masking harus dilakukan semua orang dalam populasi tersebut. Tanpa kecuali.
“Universal Masking itu artinya Semua Wajib Pakai Masker,” Dokter Reisa menegaskan. (zak)