Wisatawan Singapura yang sering mengunjungi Batam untuk berlibur dan berbelanja terbebani dengan kenaikan harga tiket feri yang hampir dua kali lipat. Berdampak negatif pada sektor pariwisata Batam.
Batam (gokepri) – Zheng Huang, seorang manajer asal Singapura, terkejut mendapati harga tiket feri pulang-pergi ke Batam, Indonesia, melonjak drastis hingga lebih dari $70 (Rp1.050.000) selama dua tahun terakhir.
Baca Juga:
- KPPU Curiga Ada Kartel Tarif Tiket Feri Batam-Singapura
- Harga Tiket Feri Batam-Singapura Masih Mahal, Kemenhub Didesak Turun Tangan
Pria berusia 53 tahun itu, yang dulunya rutin mengunjungi Batam setiap akhir pekan untuk bersantap dan berbelanja, kini mengurangi kunjungannya menjadi hanya sekali atau dua kali dalam sebulan.
“Itulah satu-satunya jalan keluar sekarang… (Jadi) ketika Anda berada di sana, sebaiknya manfaatkan waktu Anda sebaik-baiknya,” keluhnya, dikutip The Straits Times, 1 Juni.
Kekecewaan serupa dirasakan teman-temannya. “Ini di luar kendali kami.Kami seperti disandera,” ujarnya.
Senada dengan Zheng, warga Singapura lainnya yang kerap melancong selama satu jam tersebut dibuat bingung oleh kenaikan harga yang tajam. Harga ini diterapkan secara seragam oleh banyak operator feri. Harga naik setelah Batam dibuka kembali untuk wisatawan internasional pada Januari 2022 seiring meredanya pandemi Covid-19.
Kini, masalah di balik kenaikan harga tersebut mungkin akan segera terpecahkan setelah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengungkapkan tengah menyelidiki potensi kartel atau praktik oligopoli dalam penetapan harga di antara operator feri yang melayani rute tersebut.

Penyelidikan dimulai pada tahun 2022 setelah adanya keluhan dari penumpang, dan media setempat melaporkan tentang investigasi tersebut pada 29 Mei.
Pada 29 Mei, KPPU mengungkapkan operator mengenakan biaya antara Rp800.000 (S$67) hingga Rp900.000 rupiah untuk tiket pulang-pergi dari Januari hingga Juni 2022, lebih dari dua kali lipat dari harga normal yang berada di kisaran Rp270.000 hingga Rp450.000.
Berdasarkan situs web operator feri, harga tiket pulang-pergi dari HarbourFront Centre Singapura ke Terminal Feri Internasional Batam Centre, Indonesia, tercatat sebesar $34 hingga $60 pada tahun 2021 dan $56 hingga $76 pada tahun 2024.
Ridho Pamungkas, Kepala Kantor Wilayah KPPU Sumatera Bagian Utara, mengatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki empat operator atas dugaan praktik kartel. Perusahaan induk mereka yang berbasis di Singapura belum dipanggil untuk dimintai keterangan.
“Harga saat ini terlalu tinggi dan tidak masuk akal. Tampaknya para pelaku usaha telah sepakat untuk mematok harga pada level tinggi yang serupa, sehingga tidak ada persaingan di antara mereka,” kata Ridho.

Lebih lanjut, Ridho mencatat harga tiket feri antara Batam dan Johor Bahru justru lebih rendah padahal waktu tempuhnya lebih lama, yaitu dua jam. Hal ini menunjukkan bahwa tarif feri Batam-Singapura berada pada kondisi yang tidak sehat.
Selama penyelidikan yang berlangsung selama dua tahun terakhir, KPPU menghadapi banyak hambatan, seperti dalam hal memperoleh informasi mengenai biaya operasional operator feri.
“Manajemen operator feri tidak kooperatif dalam memberikan data, sehingga menyulitkan pengumpulan bukti,” kata Ridho. Ia menambahkan bahwa keberadaan perusahaan induk di Singapura – yang berada di luar wilayah hukum Indonesia – semakin mempersulit masalah ini.
Kantor pusat KPPU di Jakarta mengadakan forum grup diskusi dengan Kementerian Perhubungan, BP Batam, dan pemerintah daerah Provinsi Kepulauan Riau pada 28 Mei untuk membahas tingginya harga tiket feri dan dugaan kartel.
Rencananya, pertemuan lanjutan akan diadakan di Batam pada 11 Juni, kali ini dengan dihadiri oleh operator feri. “Kami berkomitmen untuk menyelesaikan masalah ini,” tegas Ridho.
Menurut Ridho, sekitar 200.000 orang dari berbagai negara setiap bulannya melakukan perjalanan dari Singapura ke Batam.
Direktur Badan Usaha Pelabuhan BP Batam, Dendi Gustinandar, mengatakan harga tiket feri ke tujuan nondomestik memang mengalami kenaikan pascapandemi.
Sebelum pandemi, layanan feri antara Batam dan Singapura melayani 3,9 juta penumpang setiap tahun, termasuk 1,9 juta wisatawan mancanegara. Sejak saat itu, penjualan tiket feri telah pulih hingga 60 persen dari angka sebelum pandemi.
Dendi mengatakan operator mengaitkan kenaikan harga dengan kenaikan biaya bahan bakar dan penurunan jumlah penumpang.
Sementara itu, wisatawan asal Singapura khawatir kenaikan harga tiket feri akan berdampak buruk pada sektor pariwisata Batam. Kenaikan harga ini dinilai akan membuat Batam kehilangan daya tarik sebagai destinasi wisata akhir pekan yang terjangkau. Akibatnya, beberapa wisatawan Singapura berencana untuk mengurangi kunjungan mereka.
“Bagi saya, perjalanan feri ini menjadi mahal karena jarak Batam yang sebenarnya dekat. Jika harga terus naik, saya tidak akan bisa sering ke sana,” ujar Benson Toh, seorang manajer layanan publik berusia 47 tahun.
Hal senada disampaikan Nur Fazirah, ibu rumah tangga berusia 25 tahun. “Ini terlalu mahal… Dulu, bepergian ke Batam mudah dan terjangkau. Sekarang, harganya tidak sepadan.”
Para wisatawan Singapura memahami bahwa operator feri berupaya menutup kerugian selama pandemi. Namun, mereka berpendapat bahwa hal itu tidak bisa dijadikan justifikasi atas harga saat ini.
Farlyana Johari, guru pendidikan khusus berusia 35 tahun, berpendapat kenaikan harga terlalu drastis. Apalagi, tidak ada peningkatan kualitas kapal atau pengurangan waktu perjalanan. “Biaya sebesar ini hanya untuk pergi ke Batam selama satu jam, lalu kembali lagi, terasa terlalu mahal,” keluhnya. THE STRAITS TIMES | BISNIS.COM
Cek Berita dan Artikel yang lain diĀ Google News