Limbung Nage, Kreasi Wisata Desa Penarah Karimun yang Terabaikan

Wisatawan lokal menikmati keindahan pemandangan laut dari rumah pohon Limbung Nage.

Karimun (gokepri.com) – Kreativitas keluarga Atan, warga Desa Penarah, Kecamatan Belat, Kabupaten Karimun ini untuk mengenalkan keindahan kampungnya patut diacungi jempol.

Dengan kreativitas seni yang dimilikinya, Atan membangun suatu destinasi wisata baru di Desa Penarah dengan nama Limbung Nage.

Destinasi wisata Limbung Nage ini berada di Dusun Tiga, Desa Penarah. Lokasinya berada di ketinggian. Persisnya di perbukitan atau dataran tinggi Desa Penarah

Limbung berarti lembah sementara nage adalah naga. Artinya, kawasan ini berada di daerah perbukitan yang memiliki lembah dengan topografi berbelok seperti naga yang meliuk-liuk.

Kepala Desa Penarah, Abdul Rahman berkisah, awalnya Atan suka bertandang ke atas perbukitan yang tak jauh dari pemukiman mereka. Dari atas perbukitan itu terlihat keindahan laut, apalagi kerlap-kerlip lampu kapal nelayan ketika malam.

“Dari situlah, Atan bersama keluarganya mulai membangun Limbung Nage. Secara perlahan-lahan dia membangun rumah pohon, menara pandang, jembatan kayu dan juga pondok santai di sekitar areal rumah pohon,” ujar Rahman, Selasa, 23 Juli 2024.

Wisatawan lokal menaiki tangga menuju menara pandang.

Kata Rahman, sekitar tahun 2018 dengan dana seadanya (tanpa bantuan pemerintah) keluarga Atan secara perlahan-lahan membangun Limbung Nage tersebut.

Mereka pun mulai mengenalkan lokasi itu dari mulut ke mulut, hingga orang kampung mulai mengetahui dan berdatangan ke lokasi itu.

Dari awalnya hanya tetangga dekat hingga warga sekitar, Limbung Nage mulai dikenal luas oleh masyarakat Pulau Belat. Bahkan, sudah ribuan warga dari Tanjungbatu sampai Karimun sudah datang ke Limbung Nage.

“Pak Atan dan keluarga tak pernah memungut biaya sepersen pun. Siapa saja yang datang ke sana, gratis,” kata Rahman.

Tak bertahan lama, ketika pandemi Covid-19 mulai melanda Karimun, maka lokasi itupun tak lagi dikunjungi orang.

Jembatan kayu di Limbung Nage yang sudah ambruk.

Karena lama tak dijamah tangan manusia, akhirnya satu persatu spot foto yang ada di Limbung Nage rusak. Rumah pohon tumbang. Jembatan kayu ambruk. Menara pandang juga sudah rubuh. Semua hanya bersisa puing-puing dan rata dengan .

Selaku Kades Penarah, Abdul Rahman merasa terketuk untuk membangun kembali Limbung Nage. Dia berharap agar usaha yang telah dibangun Atan dan keluarganya itu kembali berdiri tegak.

“Saya berharap objek wisata Limbung Nage ini bisa kembali dibangun. Tentu saja, kami butuh bantuan pemerintah daerah dan provinsi,” ungkapnya.

Rahman menjelaskan, untuk mencapai Limbung Nage bisa menggunakan ojek karena jalan menuju Limbung Nage masih jalan setapak yang dilalui kendaraan roda dua.

Menara pandang di Limbung Nage yang hanya tersisa tiang-tiang lapuk.

“Untuk mencapai Limbung Nage bisa menggunakan ojek dengan ongkos hanya Rp10 ribu saja,” kata Rahman.

Untuk membangun akses jalan ke Limbung Nage, Rahman sudah pernah menyampaikannya kepada Bupati Karimun, Aunur Rafiq bahkan Kepala Dinas PUPR Karimun, Cahyo Prayitno sudah dibawanya langsung ke lokasi itu.

“Kalau akses jalan ke Limbung Nage dibangun, maka bisa menembus ke lokasi Bawah Batang,” terang Rahman.

Bawah Batang ini sebuah perkampungan ini berada di depan Urung (pusat kecamatan Kundur Utara di Pulau Kundur). Jika akses jalan itu jadi, maka masyarakat Penarah dan Lebuh ke Urung bisa melewati jalan itu.

Selain itu, anak=anak yang berada di Bawah Batang kemungkinan besar akan sekolah ke Desa Penarah karena aksesnya lebih dekat ke Desa Penarah.

“Kami cuma meminta kepada pemerintah dengan ukuran jalan lebarnya 4 meter dan panjang 2 kilometer,” kata Kades yang lama mengabdi sebagai guru ini.

Selain sebagai akses wisata dan pendidikan, fungsi jalan itu nantinya juga membangun perekonomian warga Desa Penarah karena mempermudah petani membawa hasil panen mereka.

Penulis: Ilfitra

Pos terkait