BATAM (gokepri) — Masyarakat Pulau Buluh dan sekitarnya perlu berhati-hati dalam menangkap buaya yang lepas dari penangkaran Pulau Bulan. BBKSDA Riau menjelaskan perbedaan antara buaya penangkaran dan buaya liar, agar warga tidak salah sasaran.
Meski warga mengklaim telah menangkap 23 ekor buaya, BBKSDA mencatat jumlah buaya yang lepas dari penangkaran PT Perkasa Jagat Karunia (PJK) sekitar 20-30 ekor. Perbedaan data ini memunculkan kekhawatiran bahwa sebagian buaya yang ditangkap adalah buaya liar.
Menurut Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Batam BBKSDA Riau, Tommy, buaya yang lepas dari penangkaran berbeda dengan buaya liar. Tommy khawatir perburuan oleh masyarakat justru mengenai buaya liar yang memang menjaga ekosistem.
“Jangan sampai masyarakat asyik hunting tapi itu malah buaya yang memang menjaga ekosistem. Artinya buaya liar, bukan yang milik perusahaan,” kata Tommy belum lama ini.
Tommy menjelaskan buaya penangkaran lebih jinak dan tidak agresif terhadap manusia karena terbiasa diberi makan setiap hari. “Karena hewan di penangkaran itu sudah terbiasa dikasih makan setiap harinya dan tidak akan makan manusia. Mereka sudah jinak. Kalau terlalu jauh mereka lepas, kemungkinan akan kembali lagi,” ujarnya.
Jenis buaya di penangkaran pun berbeda dengan buaya liar. Ada tanda khusus di bagian sirip buaya yang dipotong untuk membedakannya. “Mereka hidup di air tawar dan tidak akan tahan berlama-lama di air asin. Buaya penangkaran juga beda, ada tanda bekas potongan di siripnya untuk membedakannya,” kata Tommy.
Meski begitu, tim gabungan terpadu dari BBKSDA, Polsek Bulang, TNI, pihak penangkaran, dan masyarakat masih terus melakukan pencarian dan evakuasi hingga sepekan ke depan. “Kalau total berdasarkan laporan perusahaan itu ada 10. Tapi, tetap kami lakukan pencarian,” kata Tommy.
Sementara itu, salah satu warga Pulau Buluh, Safet, mengatakan hingga Sabtu (18/1/2025), total sudah ada 23 buaya yang berhasil diamankan di sekitar pulau.
“Ini warga Pulau Mengkadah, Kelurahan Batu Legong yang menangkap. Semua sudah diserahkan lewat posko penanganan buaya, dalam hal ini pos TNI AL di Mengkadah. Sampai saat ini sudah 23 ekor yang ditangkap,” kata Safet.
Dampak dari lepasnya buaya ini, nelayan pergi melaut dengan rasa waswas di tengah masa panen menangkap ikan dingkis untuk kebutuhan perayaan Tahun Baru Imlek. “Ada juga teman-teman yang memaksakan melaut, tetapi membawa kawan. Ya, akhirnya hasil melaut dibagi dua,” kata Safet.
Baca Juga:
13 Buaya Kembali ke Penangkaran Pulau Bulan, Perburuan Terus Berlanjut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News