KARIMUN (gokepri.com) – Suara seruput dari mulut Dinda terdengar hingga ke meja sebelah. Remaja 15 tahun itu begitu lahap menyantap lendot kuah di Gerai Yaros, Jalan Pertambangan, Teluk Uma, Kecamatan Tebing, Karimun, Kamis, 28 November 2024 malam.
Gerai Yaros yang berada di pinggir jalan menuju Bandara Sei Bati Karimun itu menyediakan berbagai aneka makanan kuah seperti lendot dan seblak. Gerai tersebut dibuka sejak sore hingga menjelang tengah malam.
Saban hari, Gerai Yaros ramai didatangi pemburu kuliner yang ingin merasakan kentalnya kuah lendot, penganan khas Melayu dan gurihnya seblak yang berasal dari Sunda itu. Pengunjung didominasi generasi milenial.
Diantara dua makanan itu, yang paling banyak diburu pembeli adalah lendot, khsusunya lendot isian seafood.
Lendot adalah makanan khas Melayu yang berasal dari Kepulauan Riau, Indonesia.
Makanan ini memiliki kuah kental bertekstur seperti lem dan rasa gurih sedikit pedas. Lendot biasanya berisi sayuran dan makanan laut, seperti kangkung, daun pakis, udang, sotong, kerang, ikan bilis.
Makanan berkuah ini memiliki filosofi yang unik, yakni kuahnya yang berlendir akan menjadi kental saat dalam keadaan panas. Namun, berubah menjadi cair ketika sudah dingin.
Kuah lendot terbuat dari sagu. Pohon sagu atau rumbia banyak tumbuh di Pulau Belat, salah satu pulau di Karimun.
Gerai Yaros milik Yayah Rosita (31), seorang ibu muda yang memiliki jiwa entrepreneur. Yayah berasal dari Jawa Barat, namun sudah menetap dan menjadi warga Tanjungbalai Karimun.
Selama ini wisatawan yang berkunjung ke Karimun atau singgah di Gerai Yaros selalu disuguhkan dengan lendot yang sudah terhidang dalam mangkok.
Yayah memiliki asa ingin mengenalkan lendot dan seblak ke negeri jiran Malaysia dan Singapura. Dia ingin, agar wisatawan yang datang itu bisa membawa oleh-oleh khas Karimun dalam bentuk kemasan, yakni lendot instant.
“Jatuh bangun saya menciptakan lendot instant itu. Try error, try error. Begitulah sampai lendot instant itu benar-benar jadi,” ujar Yayah.
Setelah lendot instant itu jadi, target Yayah memang tidak lagi mengenalkan lendot di dalam negeri, melainkan go internasional.
“Kalau Yayah nembaknya memang tidak di dalam negeri. Yayah pengennya memperkenalkan makanan khas Indonesia, khususnya Karimun ke luar negeri, Malaysia dan Singapura dulu karena itulah yang paling dekat,” ungkapnya.
Apa yang dicita-citakan Yayah memang sudah dibuktikannya.
Pada September 2022, Yayah bersama para pelaku UMKM di Karimun lainnya kemudian mengikuti Festival Majestic Johor, Malaysia selama 10 hari.
Di negeri jiran itu, mereka diberi fasilitas stand gratis. Hanya uang transportasi dan akomodasi mereka tanggung sendiri.
“Kami sepakat mengambil peluang ini. Dari sana kami bisa tahu apakah produk Karimun diminati oleh masyarakat sana. Alhamdulillah, 90 persen produk terjual dengan nominal transaksi 6.000 ringgit penjualan,” ungkapnya.
Kemudian, pada Ahad, 20 Agustus 2023, Yayah bersama rekan-rekannya sesama pelaku UMKM di Karimun kembali mengambil peluang dengan mengikuti event internasional yakni Bazar HUT RI ke 78 di Kedubes Singapura.
“Alhamdulillah, target kami tercapai dengan total penjualan selama setengah hari sebesar S$ 1.519 SGD atau sekitar Rp 17.134.320 (kurs 11.280), hal ini tidak pernah kami bayangkan produk UMKM yang kami bawa 90 persen terjual habis,” bebernya.
Tidak hanya sampai di situ, upaya Yayah untuk mengenalkan lendot instant ke negeri Merlion tak pernah padam.
Yayah yang sekali dua bulan mengunjungi Singapura selalu membawa beberapa kantong lendot instan ke sana.
“Tujuan Yayah tetap sama, bagaimana Yayah mengenalkan lendot ke lidah orang Singapura,” tuturnya.
Selain lendot, Yayah juga mengemas produk lain seperti seblak instant dan lakse sagu kuah.
Semua penganan khas itu diproduksi Yayah di rumahnya yang sudah disulapnya menjadi pabrik di Perumahan Mega Sedayu PN Blok G nomor 02 yang dibantu seorang karyawan.
Selain menjajal negara tetangga, Yayah tentu juga memasarkan produknya di seputaran Karimun. Produknya itu dengan mudah ditemui hampir di seluruh supermarket yang ada di Karimun.
Hanya saja, untuk mengembangkan usahanya itu, tentu saja Yayah pernah berbenturan dalam hal modal.
Saat itulah, dia mulai berkenalan dengan pihak perbankan, dalam hal ini Bank BRI.
Melalui pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI, Yayah mulai mendapatkan suntikan modal sebesar Rp15 juta.
Pinjaman tersebut kemudian digunakannya untuk membeli bahan dasar termasuk kemasan produknya ke Bandung.
“Alhamdulillah, pinjaman KUR dari BRI sangat membantu saya dalam mengembangkan usaha ini,” katanya.
Pemimpin Cabang BRI Tanjungbalai Karimun, Yosi William Kore mengatakan, BRI fokus mendorong atau membantu permodalan masyarakat yang memiliki usaha dalam kategori UMKM, termasuk usaha lendot instant.
“Pemberdayaan UMKM itu kami dorong melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Bunganya itu merupakan yang paling rendah jika dibandingkan dengan pinjaman lainnya,” ujar Yosi.
Kata Yosi, dengan pinjaman KUR tersebut, diharapkan UMKM akan terus tumbuh menjadi usaha dengan skala yang lebih tinggi, yakni dari usaha mikro, kecil, menengah hingga menjadi korporasi.
Penulis: Ilfitra