Proyek Bendungan Laut dan SPAM Rp14 Triliun Atasi Krisis Air Bintan-Batam

Air batam hitam
Waduk Duriangkang. (foto: Facebook/Fazizan Anwar)

BATAM (gokepri) – Rencana pembangunan Estuary DAM Teluk Bintan dan SPAM di Kepri senilai Rp14 triliun akan dimulai. Proyek strategis nasional ini diharapkan mampu mengatasi krisis air bersih di Bintan dan Batam yang diprediksi terjadi pada 2029.

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Pemprov Kepri) mengumumkan rencana pembangunan Estuary DAM Teluk Bintan dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan total nilai investasi mencapai Rp14 triliun. Proyek strategis nasional (PSN) ini diharapkan mampu mengatasi krisis air baku di Pulau Bintan (Tanjungpinang dan Bintan) serta Batam.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Kepri, Luki Zaiman Prawira, menyampaikan pembangunan bendungan ini akan dikerjakan oleh Konsorsium PT Tamaris Hydro dan PT Moya Indonesia. “Kalau mengandalkan APBD Kepri tak akan sanggup, makanya pemerintah perlu menggandeng investor, khususnya dalam negeri,” kata Luki di Tanjungpinang, Rabu (11/6/2025).

Luki menjelaskan, bendungan ini tidak dibangun di atas daratan, melainkan di atas perairan laut, membentang dari Tanjungpinang menuju Teluk Bintan. Air laut tersebut kemudian akan diolah menjadi air bersih untuk konsumsi masyarakat menggunakan teknologi mutakhir.

Saat ini, pihak investor masih melakukan kajian teknis mendalam terkait rencana proyek DAM Bintan. Kajian ini penting untuk menganalisis dampak pembangunan bendungan terhadap aspek ketenagakerjaan, masyarakat nelayan, serta biota laut. Hasil kajian akan dibahas bersama Pemprov Kepri, Pemerintah Kota Tanjungpinang, Pemerintah Kabupaten Bintan, dan melibatkan masyarakat setempat.

“Kami juga minta masyarakat jangan berpikir macam-macam dulu, apalagi sampai ada isu beberapa desa akan tenggelam imbas proyek DAM ini. Insya Allah itu tak akan terjadi,” ucap Luki, menepis kekhawatiran warga.

Sementara itu, Vice President PT Moya Indonesia Daud menjelaskan, proyek ini berlokasi di Teluk Bintan dengan jaringan transmisi yang mencakup Pulau Bintan dan Batam. Proyek ini dirancang untuk menutup kesenjangan suplai air baku yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2029 di kedua pulau tersebut.

“Lingkup proyek ini meliputi pembangunan infrastruktur Estuary DAM dan reservoir yang diintegrasikan dengan jalan di atas bendungan, pembangunan unit air baku, dan unit produksi air bersih lengkap dengan jaringan distribusinya,” ujar Daud.

Proyek ini direncanakan masuk tahap lelang pada Juni 2025, dengan penetapan pemenang melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) di akhir tahun ini. Sementara itu, konstruksinya ditargetkan mulai pada 2027. ANTARA

Baca Juga: PT Moya Menangi Tender Pengelolaan Air Batam

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Pos terkait