Investasi Rp1 Triliun, Pabrik Hilirisasi Timah di Batam Beroperasi 2026

Batam Timah Sinergi
Seremoni groundbreaking pembangunan pabrik hilirisasi timah oleh PT BTS di kawasan industri Sei Lekop, Batam, 24 Januari 2025. GOKEPRI/Engesti Fedro

BATAM (gokepri) – Batam dipersiapkan menjadi pusat produksi turunan timah terbesar kedua di dunia setelah China. Pabrik baru senilai Rp1 triliun mulai dibangun di Sei Lekop.

PT Batam Timah Sinergi (BTS) meresmikan pembangunan pabrik hilirisasi timah di Batam pada Jumat (24/1). Pabrik ini akan mengolah logam timah menjadi berbagai produk turunan yang bernilai tambah. Peresmian ini menandai kemajuan Batam sebagai kota industri dalam mengembangkan hilirisasi pertambangan.

Didukung oleh PT Prima Dredge Team, Direktur Utama PT BTS, Bambang Triadi Gunawan, menyatakan pabrik tersebut akan menggunakan lahan seluas enam hektare di kawasan industri Sei Lekop, Batam. Pabrik ini akan memproduksi senyawa kimia timah dalam bentuk cair.

Beberapa produk yang akan dihasilkan antara lain Stannic Chloride, Dimethyl Tin Dichloride (DMTCL), dan Methyl Tin Mercaptide. Kapasitas produksi pabrik ini diperkirakan mencapai 16.000 metrik ton per tahun. Jumlah ini menjadikan pabrik tersebut sebagai produsen terbesar kedua di dunia setelah China.

Batam dipilih sebagai lokasi pabrik karena beberapa alasan. Manajemen perusahaan memilih Batam karena menawarkan sejumlah keunggulan. Keunggulan tersebut antara lain infrastruktur yang memadai, ketersediaan listrik yang stabil, tenaga kerja berkualitas, dan status kawasan perdagangan bebas (Free Trade Zone/FTZ). Status FTZ memungkinkan 90 persen hasil produksi diekspor ke berbagai negara.

Batam Timah Sinergi
Seremoni groundbreaking pembangunan pabrik hilirisasi timah oleh PT BTS di kawasan industri Sei Lekop, Batam, 24 Januari 2025. GOKEPRI/Engesti Fedro

Proses produksi PT BTS akan terdiri dari tiga tahap utama. Tahap pertama adalah produksi Stannic Chloride dari timah ingot dan klorin. Tahap kedua adalah produksi Dimethyl Tin Dichloride (DMTCL) dari timah ingot, methyl chloride, dan Stannic Chloride. Tahap terakhir adalah produksi Methyl Tin Mercaptide melalui reaksi DMTCL dengan 2-Ethylhexyl Thioglycolate (2EHTG) dan amonia.

Teknologi yang diterapkan di pabrik ini unggul karena menggunakan sistem otomatisasi. Sistem ini akan memastikan efisiensi dan kualitas produk yang konsisten. Dengan teknologi ini, BTS optimis dapat bersaing di pasar global dan memenuhi kebutuhan industri kimia di berbagai negara.

Saat ini, PT BTS telah menerima 93 persen Letter of Intent (LOI) atau surat pernyataan minat dari target produksi bulanan mereka. Permintaan tersebut berasal dari berbagai negara, seperti China, India, Amerika Serikat, Vietnam, Thailand, dan beberapa negara di Eropa.

Pabrik ini diperkirakan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2026. Proyek ini tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan di Batam. Selain itu, proyek ini memperkuat posisi Indonesia dalam industri hilirisasi timah di dunia.

Batam Timah Sinergi
Seremoni groundbreaking pembangunan pabrik hilirisasi timah oleh PT BTS di kawasan industri Sei Lekop, Batam, 24 Januari 2025. GOKEPRI/Engesti Fedro

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu, hadir dalam acara peresmian tersebut. Ia menegaskan komitmen pemerintah untuk mendorong hilirisasi berbagai komoditas mineral strategis di Indonesia, termasuk di Batam.

“Kami ingin fokus pada hilirisasi. Pemerintah siap mendukung agar kita bisa memperoleh manfaat maksimal dari sumber daya alam yang kita miliki,” katanya.

Ia menyebutkan ndonesia memiliki 28 komoditas unggulan, termasuk timah dan nikel, yang siap didorong untuk hilirisasi. Menurut Todotua, Batam memiliki posisi strategis karena dekat dengan Selat Malaka dan Singapura. Hal ini menjadikan Batam lokasi ideal untuk investasi di sektor industri manufaktur dan teknologi.

“Batam saat ini juga sedang dalam proses pengembangan untuk menjadi pusat industri semikonduktor dan pusat data center,” ujar Todotua.

Direktur Utama PT BTS, Bambang Triadi Gunawan, menjelaskan tujuan utama pembangunan pabrik ini. Perusahaan ingin mengurangi ketergantungan Indonesia pada ekspor bahan mentah.

“Selama ini kita menjual bahan baku ke luar negeri. Padahal, kita bisa mengolahnya di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi. Dengan dukungan pemerintah, kami berharap dapat mewujudkan visi ini,” kata Bambang.

Ia mengatakan Indonesia memiliki cadangan timah terbesar kedua di dunia. Oleh karena itu, peluang untuk mengembangkan industri berbasis timah sangat besar. Bambang berharap dukungan pemerintah terus berlanjut sehingga industri hilirisasi timah di dalam negeri dapat berkembang seperti yang telah dilakukan pada sektor nikel dan bauksit.

“Daripada kita jual bahan baku, lebih baik kita olah sendiri. China bisa maju awalnya dengan ekspor impor seperti yang kita alami, tetapi sekarang dihentikan. Ekspor bahan mentah sekarang dihentikan karena pemerintah memberikan dukungan. Jadi, kita bisa kelola sendiri. Kita berharap bisa seperti China. Dan pemerintah memberikan dukungan,” kata dia.

Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, yang juga hadir, menyampaikan dukungan penuh pemerintah daerah terhadap proyek ini. Batam dan wilayah sekitarnya, seperti Karimun, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat industri berbasis sumber daya alam.

“Kami akan mendukung penuh proyek ini demi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kepri,” kata dia.

Baca Juga:
Ekspansi Industri Hilirisasi Timah, CNGR Jajaki Investasi di Batam

Cek Berita dan Artikel yang lain diĀ Google News

Pos terkait