Batam (gokepri) – Xinyi Group menjadi investor perdana yang berkomitmen menanam modal di proyek Rempang Eco City. Pendekatan hilirisasi pasir kuarsa RI dengan mengandalkan investor asing.
Xinyi adalah perusahaan dari China yang akan membangun pabrik kaca dan solar panel di Rempang Eco City. Pabriknya akan mengolah pasir kuarsa atau silika yang diambil dari Indonesia. Proyek Rempang Eco City digarap oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam dan PT Makmur Elok Graha (MEG), anak perusahaan Artha Graha Group milik Tomy Winata.
Sebelum perjanjian MoU di Chengu China pada 28 Agustus 2023, Xinyi sudah pernah bertemu Kepala BP Batam Muhammad Rudi. Pertemuan berlangsung pada 16 April 2023 di gedung Marketing Center BP Batam. Xinyi diwakili CEO-nya atau Direktur Utama langsung, Ching Sai Tung. “Tentu ketertarikan ini menjadi angin segar bagi pertumbuhan nilai investasi dan ekonomi Batam kedepan,” kata Muhammad Rudi saat itu.
Baca Juga: INFOGRAFIS: Linimasa dan Jejak Pengembangan Rempang

CEO Xinyi antusias berinvestasi di Batam karena kota ini dinilai sangat maju dan berkembang pesat. “Banyak perusahaan China tertarik terhadap Batam. (Batam) Sangat menarik dan menjanjikan bagi dunia investasi,” kata dia.
Xinyi lewat bendera perusahaannya, Xinyi Glass Holdings Limited, akan masuk Rempang. Mereka sudah memberi komitmen investasi senilai USD11,6 miliar atau setara Rp175 triliun. Proyek ini proyek raksasa. Nilai investasinya jumbo, 35 ribu orang akan dipekerjakan.
Rencananya Xinyi akan membangun pabrik kaca dan panel surya dengan bahan baku pasir kuarsa dari Kepulauan Riau, seperti Kabupaten Lingga dan Natuna. Bahan baku mentah yang selama ini dijual murah. Proyek tersebut membutuhkan kesiapan lahan seluas 1.154 hektare dengan penyerahan tanah clear and clean selama 30 hari.
Perkembangannya gerak cepat. Komitmen investasi Xinyi antara pejabat tinggi mereka dengan pemerintah Indonesia berlangsung di Hotel Shangri-La, Chengdu, China pada Jumat 28 Juli lalu. Tanda tangan investasi disaksikan oleh Presiden Joko Widodo. Perjanjian berupa MoU antara Kementerian Investasi/BKPM, MEG dan Xinyi International Investments Limited.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia bertandang ke Wuhu di Provinsi Anhui, China, untuk melihat pabrik Xinyi, sepuluh hari sebelum perjanjian investasi diteken.
Selain di Rempang, Xinyi sudah mengucurkan investasi tahap pertama di kawasan industri Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) di Manyar, Gresik, Jawa Timur. Xinyi di sana menanam modal USD700 juta untuk membangun pabrik kaca industri.
Lantas siapa Xinyi? mengacu proposal rencana investasi Xinyi dan profil perusahaan, Xinyi adalah salah satu produsen kaca terbesar di dunia.
Perusahaan dari China ini berdiri di Shen Zhen pada 1988 dengan nama Xinyi Glass. Pada 2005, Xinyi Glass menjadi perusahaan publik atau terbuka lalu didaftarkan ke bursa saham Hongkong.
Hingga 2022, Xinyi punya empat perusahaan yang melantai dan terdaftar di bursa saham Hongkong. Yakni Xinyi Glass, Xinyi Solar, Xinyi Energy dan Xinyi Electric Storage.
Xinyi menambah portofolio bisnisnya dengan merambah bisnis energi baru terbarukan atau EBT sejak 2013 dengan mendirikan Xinyi Solar, perusahaan yang memproduksi solar panel.
Bisnis mereka ekspansif. Hingga 2022, mereka memiliki 13 kawasan industri yang mempekerjakan 22.000 orang. Di luar China, pabriknya berada di Hongkong, Malaysia dan Gresik, Indonesia.
Produk Xinyi terbagi dua, kaca dan produk EBT. Untuk produk kaca terdiri dari float glass, automotive glass, architectural glass dan solar glass.
Sedangkan di lini bisnis EBT, produk Xinyi terdiri dari solar farm, industrial silicon, polysilicon. Kemudian solar film, industri ES, Civil ES dan rooftop solar. Total aset Xinyi pada 2022 mencapai USD15,3 miliar atau setara Rp102,55 triliun. Sedangkan total market mereka di seluruh dunia mencapai USD20 miliar. Xinyi menguasai 27 persen pangsa pasar kaca di dunia dengan tujuan ekspor ke 150 negara.
Xinyi merupakan salah satu dari belasan produsen kaca raksasa global baik yang ada di Asia maupun juga yang berasal dari Eropa dan Amerika Serikat seperti China Glass Holding, Guardian Glass LLC, NSG Group, Kyocera Corp., Coorstek Group, Schoot A.G., Fuyao Glass Industry, Nippon Sheet Glass Co. Ltd, Owen Illinois Inc., Nihon Yamamura, dan Heinz Glass.
Bagaimana proyeksi pasar bisnis manufaktur kaca? Data Glass Manufacturing Global Market Report 2023 dari Busines Research Co. merilis pasar kaca global diperkirakan tumbuh 6,3% dari US$165 miliar pada 2022 menjadi US$175 miliar pada 2023. Tren positif ini diproyeksikan bakal terus tumbuh hingga 2027 menjadi US$232,79 miliar atau setara Rp3.480 triliun.
Sementara itu, data dari Vantage Market Research untuk panel surya secara global diprediksi tumbuh 6,4% pada 2030 menjadi US$305,85 miliar dibandingkan tahun 2022 sebesar US$186,20 miliar. Kawasan Amerika Utara akan menjadi pasar utama instalasi panel surya global dengan pangsa pasar 37% pada 2028, diikuti Eropa sebesar 31% dan Asia Pasifik sebesar 27% serta Amerika Latin sebesar 24%.
Walaupun termasuk perusahaan produsen kaca terbesar, namun Xinyi Glass bukan termasuk 10 besar produsen panel surya terbesar di dunia.
Dikutip dari laman Investopedia, perusahaan produsen solar panel terbesar dunia berasal dari China yaitu JinkoSolar Holding Co. Ltd yang bermarkas di Shangrao, China dengan kapitalisasi pasar sebesar US$2,46 miliar dan pendapatan tahunan sebesar US$10,58 miliar. Jinko sudah melayani konsumen dari 160 negara dengan total kapasitas solar module mencapai 130 gigawatt (GW).
Kedua adalah CanadianSolar Inc yang bermarkas di Guelph, Kanada. Perusahaan ini membukukan penjualan sebesar 21,1 GW solar modul sepanjang 2022 lalu dengan total pendapatan mencapai US$7,03 miliar.
Selanjutnya perusahaan solar panel terbesar meliputi SolarEdge Technologies Inc, yang bermarkas di Israel, First Solar Inc (Arizona, AS), SunRun Inc. (San Fransisco, AS), Enphase Energy Inc. (Fremont, AS), SunPower Corp. (AS), ArrayTechnologies Corp (AS), Maxeon Solar Technologies Ltd (Singapore), Sunova Energy Inc (Houston, AS).
Kepulauan Riau sendiri juga memiliki peluang pasar panel surya kapasitas besar.
Agar Pasir Kuarsa Tak Dijual Murah
Investasi Xinyi Group di Rempang Eco City berhubungan dengan proyek penghiliran pasir kuarsa atau silika yang menjadi bahan baku panel surya. Batam berpeluang menjadi kawasan pemasok panel surya dan semikonduktor untuk pasar ekspor.
Baca Juga:
- Peluang Hilirisasi Silika dan Ekosistem Panel Surya di Rempang Eco City
- Hilirisasi di Rempang, Tak Semua Negara Ikut Happy
Xinyi memilih masuk Rempang, Batam karena luasnya kebutuhan lahan untuk membuat pabrik kaca dan pansel surya. Mereka membutuhkan lahan seluas 2.000 hektare.
Rencana ini pernah terungkap ketika Menteri Investasi Bahlil Lahadalia berkunjung ke pabrik Xinyi di Wuhu, China. “Kita punya pasir kuarsa, silika, yang selama ini kita ekspor raw material (mentah). Dengan membangun ekosistem pabrik kaca dan panel surya, ini merupakan bagian hilirisasi di sektor pasir kuarsa,” ujar Bahlil dalam keterangan pers, Rabu 19 Juli 2023.
Batam menjadi pilihan untuk membangun pabrik panel surya usai pemerintah mengincar peluang ekspor listrik ke Singapura. Panel surya menjadi pilihan karena Singapura menghendaki listrik dari sumber energi baru terbarukan.
Pemerintah kemudian memberikan syarat supaya ekspor listrik itu mendapat izin. Pemerintah menghendaki panel surya tersebut dibuat di dalam negeri. Batam, Kepulauan Riau, menjadi fokus utama pemerintah menentukan lokasi ekosistem panel surya dan PLTS.
Kesepakatan ekspor listrik EBT sudah disahkan pada 8 September 2023. Kementerian ESDM dan Singapura sepakat soal jual beli listrik sebesar 2 gigawatt. Ada delapan perusahaan yang mendapat izin. Sejauh ini, baru Pulau Bulan, Batam, yang dipastikan menjadi salah satu lokasi dibangunnya PLTS.
Dengan adanya rencana tersebut, Xinyi pun kini berpeluang menjadi pamasok panel surya. Xinyi akan berinvestasi senilai USD11,5 miliar atau setara Rp175 triliun.
Xinyi Glass adalah produsen kaca terbesar di dunia yang menguasai 26 persen pangsa pasar. Menurut Bahlil, Xinyi berminat menanamkan investasi karena Indonesia memiliki pasir kuarsa dan silika sebagai bahan baku kaca dan panel surya. “Sekitar 90 persen hasil produksi untuk kebutuhan ekspor, sisanya untuk dalam negeri,” ucap Bahlil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News