JAKARTA (gokepri.com) – Kementerian Agama (Kemenag) kembali mengirim 1.000 dai dan daiyah ke berbagai daerah, termasuk wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), wilayah khusus, serta komunitas diaspora Indonesia di luar negeri. Program tahunan ini menjadi bagian dari tarhib Ramadan 1446 H.
Acara pelepasan berlangsung pada Rabu (26/2/2025) di Jakarta dalam Ceremony Pembekalan dan Pelepasan Dai ke Wilayah 3T, Wilayah Khusus, dan Imam Diaspora Indonesia di Luar Negeri Tahun 2025. Para pendakwah berangkat pada 27 Februari 2025 dan akan bertugas hingga akhir Ramadan.
Dilansir laman resmi Kementerian Agama, program ini telah berjalan sejak 2022 setiap Ramadan untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, memperkuat harmoni masyarakat berbasis nilai agama dan kearifan lokal, serta membantu menyelesaikan masalah sosial dan budaya di daerah perbatasan.
Baca Juga: Kementerian Agama Rekrut 500 Dai untuk Wilayah 3T
Tahun ini, Kemenag juga memperluas cakupan dakwah ke luar negeri dengan mengirim lima dai ke Australia, Jerman, dan Selandia Baru. Para pendakwah ini merupakan juara Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional.
Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad mengapresiasi para dai yang berkomitmen mengabdi selama Ramadan.
“1.000 orang yang siap terpisah selama sebulan dengan istri maupun suami ini merupakan pengabdian luar biasa. Perjalanan yang penuh tantangan, tapi juga penuh pahala,” ujar Abu.
Ia juga menekankan pentingnya dokumentasi dan evaluasi dakwah. Setiap dai diminta melaporkan aktivitasnya, mengaktifkan media sosial, serta membuat laporan berbasis data untuk mengukur perubahan di masyarakat.
“Negara membutuhkan tangan-tangan kreatif dan niat baik para dai. Bantu negara ini dengan mengajak masyarakat bekerja keras sesuai bidangnya. Bangun kedekatan emosional,” tambahnya.
Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi, menyoroti meningkatnya permintaan layanan keagamaan dari komunitas diaspora. Hal ini membuka peluang bagi Indonesia untuk menjadi kiblat dalam kajian dan praktik keislaman.
“Layanan keagamaan yang kita berikan bisa dilihat dari keberadaan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), yang memiliki 70 persen mahasiswa asing dan 30 persen mahasiswa lokal,” kata Zayadi.
Ia juga mengingatkan pentingnya memahami karakter audiens dalam berdakwah.
“Dakwah perlu memperhitungkan faktor sosial dan budaya masyarakat. Dai tidak hanya bertugas menyampaikan ajaran agama, tetapi juga melakukan analisis sosial agar dakwah lebih efektif,” ujarnya.
Program ini terselenggara atas kerja sama dengan berbagai lembaga, seperti Badan Pengelola Keuangan Haji, BAZNAS RI, Dompet Dhuafa, Bank Syariah Indonesia, BSI Maslahat, YBM PLN, dan sejumlah lembaga zakat lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News