Sanitasi Dapur MBG Batam Bergantung pada Peternak dan Truk Sampah

Dapur MBG Batam
Seorang pekerja di Dapur SPPG Polda Kepri memperlihatkan menu Makanan Bergisi Gratis (MBG) yang siap didistribusikan kepada pelajar di Kecamatan Nongsa, Kota Batam, Kepri, Senin (25/8/2025). ANTARA/Laily Rahmawaty

BATAM (gokepri) – Sanitasi dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Batam ditopang kerja sama dengan peternak lokal. Sisa makanan dari dapur layanan gizi itu dialihkan agar tidak mencemari lingkungan dan menjaga kebersihan air.

“Biasanya tiap SPPG bekerja sama dengan peternak lokal untuk sampah sisa makanan,” kata Ketua Koordinator SPPG Wilayah Batam, Defri Frenaldi, Rabu (24/9). Namun, menurut dia, tidak ada aturan khusus dalam juknis Badan Gizi Nasional (BGN) yang mewajibkan sisa makanan diambil peternak. BGN hanya menekankan pemanfaatan limbah dilakukan dengan benar dan sanitasi air tetap terjaga.

Selain sampah organik, setiap dapur MBG wajib memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Fasilitas ini menjadi syarat verifikasi dapur untuk memastikan air buangan aman. “Masih ada SPPG yang ipalnya tidak berfungsi maksimal. Kalau ditemukan, pasti diminta diperbarui,” ujar Defri.

Meski praktik ini berjalan, belum semua dapur MBG merata mengelola limbahnya. “Baru sekitar setengah yang bekerja sama dengan peternak. Sisanya limbah langsung diangkut Dinas Lingkungan Hidup atau pihak ketiga,” kata Defri.

Kepala SPPG Kawasan Bengkong Laut, Wanni Afriani, menuturkan dapurnya sudah menyalurkan limbah kepada pihak lain. “Ada dua pengumpul yang mengambil. Satu untuk peternak babi, satu lagi warga Bengkong untuk kompos,” ucap dia. Dapur yang ia kelola juga dilengkapi IPAL agar air limbah bisa dibuang kembali ke lingkungan dengan aman. ANTARA

Baca Juga: Kiat SPPG Tanah Sareal Pertahankan “Zero Accident” MBG

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Pos terkait